Manusia hidup di bumi ini dibekali dengan yang namanya perasaan.
Perasaan bisa muncul karena suatu sebab. Rasa kegaguman akan sesuatu akan
menimbulkan perasaan cinta, sebaliknya rasa tidak suka akan sesuatu akan
menimbulkan perasaan benci.
Sebagai pemilik perasaan tersebut, tentu manusia itu sendiri yang bisa
mengaturnya. Apakah akan merasa cinta atau justru akan membencinya. Cinta
kepada sesuatu atau seseorang biasanya terasa sangat indah dan menyenangkan,
karena sangking indah dan senangnya biasanya akhirnya memunculkan rasa cinta
yang berlebihan.
Sebaliknya, perasaan benci pada seseorang atau sesuatu karena sangking
bencinya, biasanya akan memunculkan kebencian yang teramat sangat mendalam, dan
ketika kebencian yang mendalam tersebut terjadi, apapun yang diperbuat oleh
seseorang yang dibencinya tersebut, di matanya tidak ada benarnya sama sekali.
Manusia perlu berhati-hati dalam memendam kedua rasa tersebut. Ada
cerita mengenai seorang remaja yang begitu sangat mencintai pasangannya.
Sangking cintanya, apapun dilakukan untuk membahagiakan pasangannya. Namun yang
namanya manusia, selalu tidak akan ada puasnya. Sudah dapat ini pengin yang
itu, sudah punya yang itu, mau yang lain lagi. Dan karena tidak ada kepuasan
itu, sang pasangan berpaling mencari kepuasan lain. Akhirnya, cinta yang
teramat dalam dan cenderung berlebihan pria tadi hancur berkeping-keping.
Galau? Pasti. Bahkan karena sangking cintanya, kalau tidak kuat iman,
bisa saja si pria berpikir pendek dan mengambil jalan mengakhiri hidupnya.
Betapa tidak? Orang yang sangat dicintainya secara penuh dan lebih-lebih justru
mengkhianatinya. Maka dari itu cintailah seseorang atau sesuatu sewajarnya
saja.
Cerita sebaliknya, ada seorang pelajar yang punya musuh. Yang namanya
musuh, apapun yang dilakukan musuhnya tersebut, baik ataupun buruk semuanya
terlihat buruk, sama sekali tidak ada baiknya. Beruntung cerita permusuhan itu
tidak berlangsung lama. Tidak sampai berlarut-larut, permusuhan mereka berakhir
damai dan kembali menjalin pertemanan.
Dan beberapa tahun setelahnya, takdir kembali mempertemukan mereka.
Mereka bertemu di kota rantau dimana keduanya tidak punya banyak kenalan
disana. Beruntung mereka tidak memendam kebencian semasa sekolah terlalu
mendalam. Kebencian yang berujung pada permusuhan dulu semasa sekolah sudah
berakhir damai. Dan ketika mereka kembali dipertemukan di kota rantau, mereka
bisa saling tegur sapa, bercanda bersama saling bercerita, bahkan sering
mengadakan pertemuan bersama sebagai obat rasa kangen kepada kampung halaman
tercinta.
Dari
kedua cerita diatas, kita bisa belajar bahwa dalam mengatur perasaannya,
khususnya dalam merasa cinta ataupun benci, sewajarnya saja, jangan sampai
berlebihan. Teringat Nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam satu hadis-nya,
bahwasanya "Cintailah
orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu
hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang
yang kau benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang
yang engkau cintai.”