Menurut
kisah, Ki Ageng Selamanik adalah seorang mantan komandan perang Pangeran
Diponegoro yang sangat setia serta cinta kepada bumi, tanah air, dan bangsanya.
Beliau tidak mau hidup dalam pelukan penjajah Belanda. Setelah Pangeran
Diponegoro ditangkap Kompeni, lalu Ki Ageng Selamanik meneruskan perjuangan
Pangeran Diponegoro dengan menghimpun para pemuda untuk dididikagama dan
beladiri.
Makam Ki Ageng Selamanik |
Mendengar
kegiatan Ki Ageng Selamanik tersebut, Kompeni merasa gerah. Maka dari itu, Kompeni
beberapa kali mengirim utusannya untuk menangkap Ki Ageng Selamanik. Namun
selalu saja dibarengi dengan kegagalan.
Merasa
mengalami kesulitan, akhirnya Kompeni mengadakan sayembara, barang siapa yang
dapat menangkap Ki Ageng Selamanik akan diberi hadiah uang. Ada yang mengajukan
diri dan merasa sanggup, dia bernama Jugil Awar-Awar, kebetulan orang tersebut
mengenal Ki Ageng Selamanik karena pernah bertapa bersamaan waktu dan tempatnya
di puncak gunung Sumbing. Adapun bedanya, Ki Ageng Selamanik bertapa untuk
keperluan positif, sementara Jugil Awar-Awar bertapa untuk keperluan negatif.
Memulai
petualangannya untuk memenangkan sayembara menangkap Ki Ageng Selamanik, Jugil
Awar-Awar bertanya kepada penduduk mengenai keberadaan Ki Ageng Selamanik. Dari
situ Jugil Awar-Awar mendapat petunjuk tentang keberadaan Ki Ageng Selamanik
yang berada di daerah Kutabanjar. Setelah itu, langsung saja Jugil Awar-Awar
bersama anak buahnya menuju Kutabanjar melalui tepi sungai serayu.
Terkait
aktivitas Jugil Awar-Awar, ada salah seorang anak buah Ki Ageng Selamanik yang
melaporkannya. Mendengar laporan tersebut, Ki Ageng Selamanik langsung pergi ke
pelataran Tempuran Kali Mrawu untuk menemui Jugil Awar-Awar. Sebelum itu, Ki
Ageng Selamanik sempat berpesan kepada istri dan kedua putranya serta abdi
kinasihnya supaya berdiam diri dikediamannya saja, jangan pergi kemana-mana.
Sesampainya
di pelataran Tempuran Kali Mrawu, Ki Ageng Selamanik bertemu dengan Jugil
Awar-Awar. Dalam pertemuannya itu, Jugil Awar-Awar mengungkapkan maksud
kedatangannya yang intinya mereka akan menangkap Ki Ageng Selamanik. Karena
tidak mau ditangkap, akhirnya terjadi adu kekuatan. Dalam pertarungan itu
keduanya ternyata sama kuatnya, tidak ada yang menang atau kalah, dengan
liciknya Jugil Awar-Awar memerintah anak buahnya untuk mendatangi keluarga Ki
Ageng Selamanik dan mengatakan bahwa Ki Ageng Selamanik telah ditangkap, dan
diharapkan istri serta putra Ki Ageng juga menyerahkan diri.
Namun
daripada menyerahkan diri ke Kompeni, Ni Ageng Selamanik dan putranya lebih
memilih untuk bunuh diri. Melihat kejadian itu, anak buah Jugil Awar-Awar
langsung kembali menemui Jugil Awar-Awar dan melaporkan kejadian tersebut.
Mendengar
laporan anak buahnya, Jugil Awar-Awar memelintir laporan tersebut dan
menyampaikannya kepada Ki Ageng Selamanik bahwa keluarganya telah mati semua
dan berharap Ki Ageng segera menyarahkan diri kepada Kompeni.
Mendengar
kabar tersebut, Ki Ageng langsung kembali ke kediamannya dan menyaksikan bahwa
semua keluarganya telah mati penuh dengan luka senjata tajam. Melihat hal itu,
Ki Ageng marah besar, beliau mengira bahwa itu semua adalah perbuatan yang
dilakukan oleh anak buah Jugil Awar-Awar. Seketika itu dalam keadaan marah yang
tak terkendali, Ki Ageng kembali menemui Jugil Awar-Awar lalu menghunuskan
kerisnya dan langsung membunuh Jugil Awar-Awar beserta anak buahnya.
Setelah
itu, Ki Ageng mengumpulkan sisa anak buahnya untuk memakamkan semua jenazah, dan
memerintahkan juga untuk membuat lubang kubur berjumlah lima buah tepat
ditengah-tengah pemakaman, adapun kelima lubang kubur tersebut digunakan untuk
mengubur ikat kepala, jubah, teken (tongkat), sabuk, dan gamparan milik Ki
Ageng Selamanik. Setelah selesai semua pekerjaan tersebut, Ki Ageng Selamanik
menyuruh semua orang untuk pulang ke tempat masing-masing dan berjanji akan
membantu anak cucu warga sekitar tempat itu yang memohon kebaikan. Setelah itu
Ki Ageng Selamanik muksa/menghilang atau bisa jadi tertangkap oleh Kompeni.
(Amin)
0 komentar:
Posting Komentar