Mbah Naryono sedang Membaca Doa |
Baritan merupakan
salah satu acara tahunan yang diadakan oleh masyarakat Dataran Tinggi Dieng, Khususnya
Masyarakat Desa Dieng Kulon. Upacara Baritan ini dilaksanakan setiap satu tahun
sekali, yaitu bertepatan dengan hari jumat terakhir di bulan Sura atau kalau
dalam agama islam bulan Muharam.
Dilihat dari arti kata, Baritan
merupakan singkatan dari "mbubarake Peri lan Setan" (membubarkan
peri dan setan). Sesuai dengan makna kepanjangannya, Baritan merupakan sebuah
upacara / ritual yang ditujukan agar masyarakat desa Dieng Kulon terhindar
dari Balak dan Bencana, sehingga kehidupan senantiasa aman,
tentram dan damai.
Dalam Upacara Baritan, masyarakat
desa mengorbankan satu kambing yang mana kambing yang boleh dikorbankan untuk dipotong harus memiliki ciri khusus yaitu
jenis kambing yang memiliki lingkaran corak warna tertentu pada bulu di
badannya, atau masyarakat Dieng biasa menyebutnya Kambing Kendit.
Setelah kambing dipotong, selanjutnya
dilaksanakan selamatan atau pembacaan doa bertempat disalah satu titik desa.
Disana juga disediakan berbacam-macam sesaji atau uba rampe berupa makanan seperti nasi
kuning, ayam ingkung, urab, dll yang siap diperebutkan warga setelah selesai
pembacaan doa.
Setelah selesai pembacaan doa,
kemudian kepala dan kaki kambing yang telah dikorbankan diarak keliling desa
dengan diiringi kesenian-keseian tradisional warga setempat. Ke empat kaki
kambing diarak menuju ke penjuru desa untuk ditanam di empat penjuru desa, hal
itu dimaksudkan sebagai tameng (perisai) untuk melindungi lingkaran terluar
Desa agar tidak ada balak atau bencana yang masuk dari luar. Sementara untuk kepala
kambing diarak menuju ke tengah desa untuk ditanam ditengah-tengah desa. Upacara
tersebut dipimpin oleh pemangku adat atau sesepuh masyarakat Dieng yaitu Mbah
Naryono. (Amin)
0 komentar:
Posting Komentar