Disuatu hari yang cerah untuk jiwa yang sepi, terdengarlah suara percakapan santai antara Pak Lurah dengan Sekretarisnya, di teras rumah Pak Lurah.
Lurah : Tidak kusangka ya Pak, kesampaen juga saya jadi Lurah.
Sekretaris : Ah, itu semuakan karena usaha Bapak yang keras yang dilakukan selama ini, saya juga sampai iri lho Pak.
Lurah : Ah juga, itu dukungan dari Bapak juga.
Oh ya, ngomong-ngomong dulu katanya Bapak mau jadi Lurah juga?
Sekretaris : Oh itu yah, ya saya sekarang lagi usaha sedikit-sedikit
Lurah : Saya doain moga-moga bisa tercapai.
Sekretaris : Ya mudah-mudahan aja lah.
Lurah : Oh ya sampai lupa, mari diminum Pak, nanti keburu dingin.
Sekretaris : Oh ya trima kasih.
Perbincangan berlangsung dengan santai sampai waktu menjelang sore hari, maklumlah mereka berdua sudah kenal sejak masih duduk dibangku SMA.
Esoknya, tiba-tiba terdengar ribut-ribut dikalangan warga. ”Turunkan Pak Lurah!”, begitulah kalimat tersebut didengungkan berulang-ulang oleh banyak warga desa.
Sementara itu di teras rumah Pak Lurah,
Jablud : Oh iya, aku tempelin juga selebaran ini di rumah Pak Lurah.
Lurah : (Keluar dari rumah) Heh Jablud, lagi ngapain kamu disini!
Jablud : Iiini Pak, lagi nempelin selebaran.
Lurah : Selebaran? Selebaran apaan? Coba lihat!
Jablud : Iiini Pak, selebaran yang nyuruh Bapak mundur! (Wajah pucat seperti orang ketakutan)
Lurah : Apa! (Marah) ” Lurah korupsi, lurahnya jelek, malas, sukanya narik pungutan, mending mundur aja! ” Apa ini? Siapa yang membuat ini, Jablud!!
Jablud : Saya nggak tahu Pak, sumpah saya nggak tahu, saya Cuma disuruh nyebarin ini, klo sudah slesai nanti dikasih duit, Pak.
Lurah : Apa!!! (Kesal)
Sekretaris : (Datang ke rumah Pak Lurah) Assalamualaikum.( Salam-salaman dengan Pak Lurah dan Jablud)
Jablud dan Lurah : Waalaikumussalam
Sekretaris : Pak gawat Pak, gawat! (Gugup)
Lurah : Gawat gimana? Gawat gimana? (ikut gugup)
Sekretaris : Disana Pak! Disana!
Lurah : Iya disana kenapa! (tambah gugup)
Sekretaris : Disana semua warga kumpul, mau nyerbu ke rumah ini!!
Lurah : Apa!! Aduh gawat, apa salahku ya? Sebenarnya siapa dalang dari semua ini? Aduh!! (Panik)
Sekretaris : Terus gimana nih Pak??
Lurah : Aduh! Saya juga bingung, kamu ikut mikir juga donk!
Sekretaris : Oh ya, Jablud! Nte ikut mikir juga donk!
Jablud : Hey, knapa aku? Akukan nggak ikut-ikutan. Wong aku juga ikut nuntuk Bapak mundur!
Sekretaris : Ah, payah kamu!
(Lurah dan Sekretaris bingung bukan main, sementara Jablud santai aja)
Tiba-tiba.....
Pendemo : Turunkan Pak Lurah, turunkan Pak Lurah!!!! (Datang ke rumah Pak Lurah)
Sekretaris : Tenang-tenang, tenang dulu Bapak-bapak, mari selesaikan dengan pikiran yang jernih, mari kita berdiskusi!
Pendemo 1 : Ah nggak pake, nggak pake diskusi-diskusian! (Sangar)
Pendemo 2 : Betul itu! Pokoknya Pak Lurah harus mundur!!
Jablud : Oya bener-bener!!!
Pendemo 3 : Jablud, ente ikiut kita? Okeh!
Lurah : Bapak-bapak, saya mohon maaf jikalau punya salah, tapi masalah korupsi, demi Tuhan demi Allah, saya nggak nglakuin, saya siap disumpah pocong!!!
Pendemo 1 : Lalu bagaimana dengan selebaran ini!! (menunjukan selebaran)
Pendemo 2 : Betul itu! Lalu selebaran ini dari mana datangnya??
Pendemo 3 : Ya betul! Coba baca serlebaran ini! Diselebaran inikan tertulis bahwa Bapak korupsi!! (kesal)
Lurah : Iyasih, saya juga sudah baca, tapi saya sungguh nggak tahu dari siapa datangnya selebaran ini!
Sekretaris : Coba pinjam! Apasih isinya?
(Setelah membaca) Aduh parah Pak! Kalau Bapak beneran nglakuin ini! (kecewa pada Lurah)
Lurah : Kamu percaya dengan selebaran itu?
Sekretaris : Ya, mau bagaimana lagi?
Pendemo 1 : Ya betul! Tega-teganya Pak Lurah disaat zaman sesulit ini, apalagi ditambah naiknya harga BBM, Bapak malah Korupsi!
Lurah : Ya Allah, Ya Tuhanku, bagaimana saya harus menjelaskan pada mereka supaya mereka percaya??? (melihat ke atas)
Pendemo 2 : Udahlah Pak! Ngaku aja!!! (marah)
Pendemo 3 : Iya Pak! Sebelum warga membakar rumah ini!!!
Jablud : Ah udahlah! Nggak usah banyak cingcong! Kita bawa aja Pak Lurah ke warga, biar digebugin rame-rame!! (Kesal)
Pendemo 2 : Oke juga idemu Jablud!!!
Pendemo : Ayo!!! (Narik Pak Lurah)
Lurah : Tolong-tolong saya Pak Sekretaris! Ah....
Pelayan : (Seorang pelayanan foto copy datang) Pak Sekretaris, Pak Sekretaris!!
Sekretaris : Lho kamu kok kesini? Ngapain? (Bicara pelan, sambil menarik baju pelayan)
Pelayan : Begini Pak, saya tadi lupa, selebaran ini di foto copy berapa lembar?
Sekretaris : Aduh, ketahuan nih! (cemas dan pucat)
Palayan : Oh yap, saya juga lupa tadi Bapak titip uang ke saya berapa?
Sekretaris : Heh...kamu ini!! (kesal)
Lurah : Lepaskan tangan saya! Oh jadi ini dalangnya!!! (marah)
Pendemo 2 : Oh kita salah orang!! (marah sambil menyingsingkan lengan baju)
Pendemo 1 : Enaknya yang ini kita apain ya? (sambil menggepalakan tangan)
Jablud : Sikat aja langsung!! (geram)
Pendemo 3 : Ya betul, ayo!!!
(Semua orang ngrubungi Pak Lurah dan menariknya)
Pelayan : Lho kok kaya gini? Ada apasih sebenarnya? Jadi bingung? Ah bodo amat.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar