Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, dibilang tampan pun juga tidak, dia anak muda yang biasa-biasa saja. Ada satu yang menjadi kelebihannya, yaitu suaranya yang lumayan enak didengar, secara dia vokalis band. Dia bernama Opik.
Pada suatu malam yang cerah unutuk jiwa yang sepi, Opik mendapat sms dari Dedi. “Pik yuh cepet mene ngumpul neng umahe Zizah!” begitu bunyi sms tersebut.
Lalu Opik Balas. “Emang ana acara apa bro?trus sing kumpul sapa ae?”
Tak beberapa lama kemudian, sms balasan datang. ”wis pokoke mene ae!ngko tak terangna neng kene.” begitu balasannya.
Karena kelihatannya sangat penting, akhirnya Opik pergi juga ke rumah Zizah.
Sesampainya di sana,ternyata remaja-remaja RT.6 sudah pada kumpul, Opik bingung karena tumben-tumbennya remaja RT.6 pada ngumpul.
“akhire sing ditunggu teka juga.” Teriak Dedi
”ya keh terpaksa soale katone penting nemen,emang ana apa sih?” tanya Opik
”pan ana lomba paduan suara antar pemuda.” jawab Nurul
”yaul Pik, aduh nte ketinggalan brita nemen sih.” kata Zizah mengiyakan.
”yuh mene pada mlebu umah,rembugan ndisit!” suruh Dedi.
Pada saat itu jam sudah menunjukan pukul 21.00. Saat Opik masuk, ternyata di dalam sudah ada Anis, dia kelihatan sangat ngantuk.
Setelah semua masuk, Dedi mulai memimpin pembicaraan.
”kaya kiye kawan-kawan,wulan ngarep pan ana lomba paduan suara antar pemuda RT,pesertane 6 uwong.’ Terang Dedi.
”jon, kiye nembe 5 owh, kurang siji.” kata Opik.
”iya yah, sapa maning sijine?” tanya Zizah.
”ngko delat maning Ilman teka.” kata Dedi.
”hah Ilman!!!ora salah kweh? Bocah brandalan kaya kuwe??” kata Nurul yang agak ragu mengingat Ilman itu terkenal brandalannya.
”gapapa lagi, aku krungu krungu Ilman duwe band, trus Ilman vokalise.” terang Zizah.
”wah kbeneran nemen yah.” kata Dedi.
Selang beberapa menit kemudian, Ilman datang berpakaian ala orang brandalan, dengan celana ketat, lututnya robek, rantai di celananya serta rambut gondrong dan semrawut.
”permisi....” sapa Ilman.
”iyaul monggo Man langsung mlebu ae.” jawab Dedi.
“akhire komplit juga.” terang Zizah.
”Hmmm...” ungkap Opik mengiyakan.
”Ya terpaksalah, dari pada laka maning.” jawab Nurul yang sepertinya kurang ikhlas dengan keikutsertaan Ilman.
”Yuh langsung latihan!” ajak Dedi, ”yuh ngadeg kabeh latian, ayo sing pertama latian barise dhisit nggo posisi nyanyi neng panggung.” terang Dedi.
Izah, Nurul, Ilman dan Dedi sudah berdiri dan siap untuk latihan barisan, sementara itu Opik dan Anis masih duduk seakan-akan tak mengindahkan perintah Dedi.
”Weh! Cepetan owh pada ngadheg! Bentak Ilman yang sepertinya geram.
”Iya bro,nyante.” jawab Opik.
”Sms-an karo tarok bae!” bentak Ilman lagi yang ditujukan khusus pada Opik.
”Iya-iya ora usah nggentak kaya kue owh, biasa bae! Nembe teka angas!” balas Opik yang mulai jengkel setelah ngrasa dibentak-bentak Ilman.
”Wis-wis, malah ribut dewek, cepet nggadheg kabeh, wis bengi keh!” kata Dedi menengahi.
”Kye maning Anis, sing mau awit nembe teka ngantuk bae, cepet tangi!” suruh Zizah pada Anis yang dari tadi sejak datang ngantuk aja.
”Iya kweh, Anis sing mau ngantuk bae.” tambah Nurul.
Akhirnya mereka semua berdiri, dan berlatih dengan sungguh. Hari pertama mereka berlatih baris, hari-hari berikutnya mereka berlatih lagunya, sampai kurang lebih sulan lamanya, mereka berlatih 2 kali seminggu.
Akhirnya sampailah juga pada hari perlombaan yang bertempat di balai kelurahan. Saat pengambilan nomor urut penampilan, kelompok RT kami mendapat nomer undi 8. Kami semua santai karena giliran penampilan masih lama.
Pada saat penampilan pertama tiba-tiba Zizah terus memperhatikan Opik dan Ilman.
”Zah, kowen knang apa? Sing mau ndelengna aku bae, naksir maring aku yah,hehehe......” tanya Opik.
”Wew, najiz cuih.” jawab Zizah. ”Dudu kaya kue, kowen cah loro, rambute gondrong lan semrawut nemen.” terang Zizah.
”Iya ya.” kata Nurul mengiyakan.
”Mana len ditelesi mboran.” suruh Zizah.
”kwe mana neng mburi ana toilet owh.” suruh Dedi pada Ilman dan Opik.
”Iya mumpung nembe pan penampilan kedua.” tambah Zizah.
Akhirnya dengan terpaksa Opik dan Ilman pergi ke toilet untuk membasahi rambut.
Sesampainya di toilet, mereka bingung, tidak ada airnya, kran juga tak mengeluarkan air.
Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk pulang sebentar ke rumahnya Opik mumpung masih dipenampilan kedua. Mereka pulang ke rumahnya Opik dengan naik motor Jupul pinjem motor miliknya Dedi.
Mereka langsung tancap gas karena khawatir barang kali terlambat. Tiba-tiba di tangah perjalanan, motor itu macet, mesinnya mati. Dengan terpaksa Opik dan Ilman menuntunnya sampai rumah Opik.
Sementara itu, di tempat perlombaan berlangsung, terjadi sesuatu yang sangat mengejutkan kelompok RT 6. Setelah nomor undi 2, langsung diloncat ke nomor undi 6, yang berarti kelompok RT 6 hampir tampil, namun Opik da Ilman masih belum kembali.
Sementara di rumah Opik, mereka baru saja memakai minyak rambut biar rambut keliatan rapi meskipun gondrong. Setelah mereka memakai minyak rambut, mereka lalu menyisir rambut mereka biar rapi. Pas mau kembali ke tempat, Opik dan Ilman berusaha untuk menyalakn mesin motor kembali.
Sementara di tempat perlombaan, nomor undi 6 sudah selesai tampil, dan ternyata nomor undi selanjutnya yang dipanggil adalah nomor undi 8! Kelompok RT. 6 bingung bukan main, personil mereka kuarang 2 orang. Namun karena sudah dipanggil 3X akhirnya kelompok RT. 6 tampil dengan hanya 4 orang.
Sementara di rumah Opik, mesin motor udah nyala, dan mereka berdua segera tancap gas. Tak beberapa lama mereka smpai di tempat lomba. Sesampainya disana tiba-tiba mereka langsung disambut dengan tepuk tangan sambil ada yang ngomong goblog-goblog gitu. Opik dan Ilman pun kebingungan bukan main. Tiba-tiba Opik langsung lari menuju Opik dan Ilman.
”Weh suwe nemen sih!” tutur Dedi dengan nada keras seperti membentak marah.
”Iya maaf, emang knapa sih?” kata Opik.
”Wis maju jon.” tutur Dedi kesal.
”Apa!!!!” jawab Opik bebarengan dengan Ilman.
”Iya, kas nomer undi 2, langsung nomor 6, trus nomor 8.” kata Zizah yang tiba-tiba datang.
”Wis yuh balik bae!” ajak Nurul yang juga agak kesal.
Usaha satu bulan sia-sia hilang tak berbekas gara-gara rambut yang gondrong dan semrawut.
By. Akhmad Fatkhul Amin
0 komentar:
Posting Komentar