Saat anda masih kecil, hampir setiap anak dimasukan oleh orang tuanya ke sekolah TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Disana orang tunya berharap supaya anaknya bisa belajar meembaca Al-Quran. Tidak hanya membaca kalau bisa juga bisa belajar mengamalkan apa yang ada di Al-Quran. Dilhat dari namanya, harapan orang tua tadi tidaklah salah. TPA yang merupakan Taman Pendidikan Al-Quran memang jika dilihat dari struktur katanya bisa didefinisakan sebagai tempat anak-anak bisa belajar mengenai Al-Quran secara menyenangkan. Di desa-desa mungkin hal seperti ini mungkin masih banyak dilaksanakan, tapi di kota-kota sudah jarang, bahkan ada yang telah bergeser arah. Bergeser arah seperti apa? Bergeser dari tujuan awal berdasarkan nama TPA tadi. Suatu saat saya tidak sengaja mampir ke sebuah masjid di kota. Waktu itu adalah waktu sholat ashar. Sholat berjamaah sudah selesai, akhirnya saya sholat sendiri. Selesai sholat saya, masjid berganti keramaian, yang tadinya ramai pejamaah sholat ashar, sekarang ramai anak-anak berseragam baju muslim. Saya tengok kanan kiri, saya melihat sebuah plang bertuliskan Taman Pendidikan Al-Quran. Berarti tempat itu selain digunakan sebagai masjid juga digunakan sebagai tempat TPA. Tidak seperti di desa-desa memang, yang TPA mempunyai bangunan sendiri. Di kota karena sempitnya lahan, akhirnya masjid dijadikan satu dengan TPA.
Saat saya hendak pulang, terdengar sesuatu yang mengusik telinga saya. Terdengar suara anak-anak menyanyikan sebuah lagu seperti ini, “Muslim muslim muslim yes! Kafir Kafir Kafir no!” ucapan itu terdengar berulang-ulang kali. Anak-anak dengan semangatnya meneriakan kata-kata tadi dipimpin oleh seorang dewasa yang mungkin guru TPA mereka. Dalam hati saya berfikir, kenapa itu yang mereka ajarkan ke anak kecil? Bukan bagaimana melafalkan alif, ba, ta, sa, dsb? Ataupun kenapa mereka tidak menceritakan tentang kisah hidup nabi yang bisa dijadikan suri tauladan? Nyanyian-nyanyian tadi mungkin ada benarnya agar supaya kita tetap menjaga iman islam kita agar jangan sampai berpaling dari Allah, tapi untuk kata kedua? Bagaimana anak-anak bisa menafsirkan kata itu dengan benar? Mereka bisa jadi salah persepsi dan menganggap bahwa islam dirinyalah yang paling benar dan yang lain itu tidak perlu dan tidak penting harus dijauhi atau bahkan dilawan. Menakutkan bukan? Padahal nabi kita Nabi Muhammad saja tidak menyruh kita untuk membenci orang kafir. Bahkan ada suatu riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad suka memberikan makan kepada seorang kafir yang buta yang padahal seorang kafir itu sangat membenci Nabi karena mendapat cerita-cerita bohong yang buruk tentang Nabi. Sebenarnya apa tujuan pengajaran nyanyian tadi di TPA?
Sesuai namanya TPA harusnya pusat belajar Al-Quran untuk anak-anak. Jika hal ini tidak segera diluruskan, TPA bisa jadi tempat pembibitan doktrin-doktrin kepada anak-anak untuk memusuhi bahkan melawan orang kafir. Dan yang terjadi adalah terjadinya teroris-teroris yang akan mengebom di tempat-tempat ibadah agama lain seperti yang terjadi belakangan ini di Solo. Mari kita awasi TPA dilingkungan sekitar kita agar TPA dijadikan sebagaimana mestinya tidak dijadikan ladang pemupukan bagi generasi-generasi teroris.
0 komentar:
Posting Komentar