Jomblo.
Sebuah keadaan dimana banyak remaja sekarang tidak ingin mengalaminya. Jomblo atau
tidak punya psangan seolah menjadi pencap seseorang itu jelek, tidak gaul,
tidak laku, dan cap-cap keji lainnya. Dari itulah muncul pandangan dari remaja
sekarang bahwa pacran itu seolah harus dan wajib hukumnya.
Kebanyakan remaja masa kini meyakini dan telah menjadikan pacaran
sebagai metode utama—bahkan satu-satunya metode—di dalam menemukan calon
pasangan untuk berlanjut ke jenjang pernikahan. Mereka menduga bahwa pacaran
akan memberikan mereka kesempatan yang baik untuk mengenal dengan lebih baik
kebiasaan-kebiasaan dan karakter-karakter satu sama lain sebelum mereka
memutuskan untuk menikah. Ibaratnya kalau tidak pacaran berarti
seseorang itu tidak laku dan susah jodohnya.
Padahal kalau kita cermati, ada satu riset yang mengatakan cinta romantis yang biasanya terjadi pada pasangan yang
berpacaran sebelum menikah akan berkurang setelah pasangan tersebut menikah.
Nah lho?!
Dalam satu hubungan antar lawan jenis, pengalaman baru dalam
menjalin cinta menimbulkan semangat dalam cinta romantis. Jikalau hal-hal baru
ini sudah tidak ada, maka cinta romantis akan berkurang. Dan akhirnya
muncul kebosanan.
Dari satu riset diatas sebenarnya bisa ditarik kesimpulan bahwa
terbukti pacaran hanya akan mengurangi kepuasan menikah pada saat pasangan
tersebut menjalani kehidupan besama. Hal-hal baru yang sangat penting
dalam menumbuhkan cinta romantis sudah tidak keluar lagi, semua sudah
dikeluarkan saat masa pacaran, dan ketika menikah yang ada hanya sisa-sisa
keromantisan yang akhirnya menjurus kepada kebosanan.
Lebih jauh lagi, ada beberapa studi yang
dilakukan menyimpulkan bahwa sebuah pernikahan yang didahului melalui proses
pacaran lebih memiliki kemungkinan besar berakhir dengan perceraian rasio
peningkatan resiko perceraiannya meningkat sebesar 46%.
Satu
uraian singkat dari Sydney Harris menyimpulkan bahwa satu alasan utama mengapa banyak
pernikahan lewat proses pacaran yang gagal adalah fungsi yang disediakan oleh
pacar dan jodoh (suami atau istri) berbeda secara fundamental. Pacar biasanya
dipilih karena faktor fisik menarik sementara jodoh dipilih karena secara
psikologis mampu bertanggung jawab, namun sayangnya, kebanyakan
individu-individu yang menarik seringkali tidak cukup bertanggung jawab,
sedangkan kebanyakan individu-individu yang bertanggung jawab seringkali secara
fisik kurang menarik.
So, jadi jomblo tak perlu risau. Marilah khususnya para generasi muda merubah mindset kita, bahwa jomblo
tidaklah lebih hina dari seseorang yang sudah berpacaran, tapi percayalah bahwa
jomblo adalah pilihan yang tepat dan terbaik. Beneran
deh rugi, kalo waktumu banyak dihabisin sama orang yang belum tentu bakal jadi
pendamping hidupmu selamanya, lebih baik waktumu banyak dihabisin
buat Dia yg sudah pasti slalu ada bersamamu yaitu Allah. (Amin)
inspirasi