Gerbang Masuk Makam |
Kompleks Pemakaman Purbayasa berada
di koordinat 7°23'40.3"S
109°40'00.6"E. Lokasi makam ini berada di Desa Pucang Kecamatan Bawang. Kompleks
pemakaman ini berdiri diatas tanah seluas 2 Ha. Beberapa tokoh yang dimakamkan disini
adalah :
a. Raden Tumenggung Dipoyuda
Raden
Tumenggung Dipoyudo merupakan Bupati Banjarnegara yang pertama. Beliau menjabat Bupati dari
1831 sampai tahun 1846. Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV
berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan
Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie
Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi
jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di
Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan
komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan
menjadi beban bagi bupati ketika dia harus menghadiri Pasewakan Agung pada
saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini
diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah
Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai
ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas
dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah
didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi
Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
b. Raden Sumitra Kalapaking Purbanegara
Raden
Adipati Arya Soemitro Kolopaking Poerbonegoro adalah
bupati Kabupaten Banjarnegara sejak 1927 sampai 1945. Tahun 1945 terpilih
menjadi seorang anggota BPUPKI.
Ia adalah anak dari Raden Tumenggung Jayanegara II dengan pangkat
"Adipati Arya" yang merupakan keturunan Kanjeng Raden Adipati
Dipadiningrat. Sebagai bupati, ia mengalami 3 zaman, yaitu zaman Hindia
Belanda, Jepang dan Republik Indonesia. dan menerima sebutan "Gusti Kanjeng
Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan terakhir sebagai
"Bapak Bupati".
Sebelum trend istilah
blusukan belakangan ini, Bupati Kolopaking sudah dari dulu melakukan kegiatan
blusukan ini dalam pola kepemimpinannya. Bukti dari kegiatan blusukan ini
adalah dengan banyaknya lokasi di Banjarnegara yang mendapat sebutan petilasan
Kolopaking. Konon petilasan tersebut dulu digunakan istirahat oleh Bupati
ketika sedang blusukan ke suatu lokasi. Selanjutnya, demi mengenang jasa Bupati
Kolopaking, nama Soemitro Kolopaking dijadikan sebagai nama stadion kebanggaan
warga Banjarnegara.
0 komentar:
Posting Komentar