Kamis, 04 Juni 2015

KOMPLEKS PEMAKAMAN PURBAYASA

Gerbang Masuk Makam
Kompleks Pemakaman Purbayasa berada di koordinat 7°23'40.3"S 109°40'00.6"E. Lokasi makam ini berada di Desa Pucang Kecamatan Bawang. Kompleks pemakaman ini berdiri diatas tanah seluas 2 Ha. Beberapa tokoh yang dimakamkan disini adalah :
a.       Raden Tumenggung Dipoyuda
Raden Tumenggung Dipoyudo merupakan Bupati Banjarnegara yang pertama. Beliau menjabat Bupati dari 1831 sampai tahun 1846. Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika dia harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).

b.      Raden Sumitra Kalapaking Purbanegara
Raden Adipati Arya Soemitro Kolopaking Poerbonegoro adalah bupati Kabupaten Banjarnegara sejak 1927 sampai 1945. Tahun 1945 terpilih menjadi seorang anggota BPUPKI.
Ia adalah anak dari Raden Tumenggung Jayanegara II dengan pangkat "Adipati Arya" yang merupakan keturunan Kanjeng Raden Adipati Dipadiningrat. Sebagai bupati, ia mengalami 3 zaman, yaitu zaman Hindia Belanda, Jepang dan Republik Indonesia. dan menerima sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan terakhir sebagai "Bapak Bupati".
Sebelum trend istilah blusukan belakangan ini, Bupati Kolopaking sudah dari dulu melakukan kegiatan blusukan ini dalam pola kepemimpinannya. Bukti dari kegiatan blusukan ini adalah dengan banyaknya lokasi di Banjarnegara yang mendapat sebutan petilasan Kolopaking. Konon petilasan tersebut dulu digunakan istirahat oleh Bupati ketika sedang blusukan ke suatu lokasi. Selanjutnya, demi mengenang jasa Bupati Kolopaking, nama Soemitro Kolopaking dijadikan sebagai nama stadion kebanggaan warga Banjarnegara.

0 komentar: