Cungkup Makam Kedunglumbu |
Alkisah berawal sejak jaman Kerajaan Mataram. Kala itu
hubungan antara Kerajaan Mataram dengan Kadipaten Pesanten sedang kurang baik.
Hal ini disebabkan Sang Adipati Pesanten beberapa kali diundang dalam persidangan
tidak hadir. Akhirnya Sang Adipati mendapat peringatan keras dari Kanjeng
Sultan Mataram. Demi memperbaiki hubungan Kadipaten Pesantenan dengan Mataram,
Sang Adipati pada suatu pisowanan hadir. Namun apa yang terjaadi? Rupa-rupanya
para nayaka praja dan para kadang sentana mataram telah terlanjur kurang
simpati terhadap Sang Adipati. Bahkan mereka menganggap sikap sang Adipati
sebagai suatu pertanda ‘mbalela’. Maka tidak heran kalau kehadirannya di
Mataram mendapat tanggapan dingin, bahkan mendapat ejekan yang menyakitkan
hati.
Atas
tanggapan tersebut, Adipati Pesantenan marah, terjadilah pertengkaran yang
berakhir peperangan. Sudah barang tentu Sang Adipati tidak mampu menandingi
prajurit Mataram yang jumlahnya
sangat banyak. Mundurlah Ia dan hijrah menuju ke arah barat menuju ke daerah Banyumas. dan sampailah di daerah yang sekarang bernama Desa Kebanaran
Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Di daerah ini beliau berganti nama menjadi Ki Ageng
Penjawi. Kemudian beliau dikenal juga dengan nama Kyai Kedung Lumbu karena
bertempat tinggal di Dukuh Kedunglumbu Desa
Banaran Kecamatan Mandiraja Kabupaten
Banjarnegara.
Di daerah tersebut, beliau terkenal
menjadi orang berilmu dan sering berbagi ilmu kepada masyarakat sekitar. Sampai
akhirnya beliau meninggal dunia di lokasi tersebut, dan dimakamkan juga
dilokasi tersebut dengan nama pemakaman kedunglumbu.
Selain peninggalan berupa
makam, Ki Ageng Penjawi juga meninggalkan beberapa macam pusaka. Namun untuk
menemukan peninggalan Ki Ageng Penjawi terbilang sangat susah karena terkesan
disembunyikan dan dirahasiakan.
Setelah berusaha bertanya
kesana kemari itupun dengan merahasiakan nama orang yang member petunjuk,
akhirnya peninggalan-peninggalan Ki Ageng Penjawi berhasil diketemukan.
Peninggalan-peninggalan tersebut disimpan di rumah salah seorang warga namun
warga tersebut sudah meninggal dunia sehingga rumahnya dibiarkan kosong tak
berpenghuni.
Sentir(?) |
Untuk bisa masuk ke rumah
tersebut, maka saya mancari keluarga atau anak-anaknya barangkali ada yang
masih hidup dan menyimpan kunci rumahnya. Setelah bertanya kepada warga
sekitar, bertemulah saya dengan salah satu anak dari pemilik atau penyimpan
peninggalan-peninggalan tersebut.
Setelah berhasil masuk
rumah tersebut dengan ditemani anak si empunya rumah, saya langsung diajak
menuju kamar dimana disitu terdapat satu lemari yang didalamnya disimpan benda
peninggalan-peninggalan tersebut. Terlihat dalam lemari tersebut sebuah tombak
yang sudah lapuk dan sebuah tempat kotak terbuat dari anyaman bambu. Isi dari
kotak tersebut adalah sejenis ikat kepala dan rompi yang kondisinya sudah
sangat rusak. Selain itu terdapat juga sebuah benda mirip sentir atau lentera
minyak tanah terbuat dari batok kelapa, tapi ini baru perkiraan karena anak si
empunya ini sendiri tidak mengetahui benda apa tersebut. (Amin)
0 komentar:
Posting Komentar