Cungkup Petilasan Adisara |
Nama Sunan Kalijaga bukanlah tokoh yang asing lagi di telinga umat islam di nusantara.
Nama kecilnya Raden Syahid merupakan salah satu wali sanga yang terpopuler di bumi nusantara, khususnya di tanah Jawa. Sunan Kalijaga sekaligus merupakan satu di antara
tokoh Wali Sanga yang menjadi pengubung antara pandangan islam dan budaya Jawa.
Dan ditengah dakwah agama islamnya ini, ternyata Sunan
Kalijaga sempat singgah di daerah Banjarnegara, tepatnya di daerah yang
sekarang bernama Desa Glempang Kecamatan Mandiraja. Di daerah ini tepatnya di Dukuh
Adisara ini, konon dulu Sunan Kalijaga sempat hidup dan menetap untuk
menyebarkan ajaran agama islam.
Penamaan
Adisara ini juga tak lepas dari pengaruh cerita Sunan Kalijaga ketika hidup
menetap di dukuh ini. Dahulu ketika pertama kali datang ke dukuh ini, penduduk
dukuh ini belum menganut agama islam. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga bermaksud
menyebarkan agama islam di daerah tersebut. Dengan menggunakan sarana gong,
Sunan Kalijaga mengumpulkan para warga.
Setiap
kali mengumpulkan warga, gong dipukul sebanyak 3 kali. Bunyi gong pertama
bertujuan untuk mengumpulkan warga, setelah warga berkumpul lalu Sunan Kalijaga
memberikan petuah atau ceramah agama kepada para warga. Selanjutnya gong kedua
bertujuan sebagai tanda untuk para warga agar mensucikan badan dengan berwudhu.
Selanjutnya bunyi gong terakhir atau yang ketiga yaitu tanda saatnya para warga
untuk belajar sholat. Dengan
cara-cara sederhana itu, banyak warga yang tertarik akan islam dan akhirnya
masuk agama islam. Dalam memberikan wejangan atau ceramah-ceramah agamanya,
Sunan Kalijaga juga melakukannya melalui sarana kesenian seperti wayang, macapat
serta gamelan.
Punden Sunan Kalijaga |
Dari peristiwa itu, lokasi tersebut dinamakan ADISARA
yang berasal dari kata ARDISARA yang mempunyai arti ARDI yaitu gunung yang mengambarkan
lokasi tempat tersebut yang berupa pegunungan, selanjutnya SARA yang berarti
tempat belajar, jadi ARDISARA atau ADISARA mempunyai arti pegunungan sebagai tempat
belajar. Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang lebih familiar akan nama
Adisara dibandingkan dengan Ardisara.
Sebagai salah satu bukti pernah singgahnya Sunan
Kalijaga, di Dukuh Adisara ini tepatnya di RT 6 RW 4
terdapat satu lokasi yang warga sekitar sebut sebagai Punden atau Petilasan
Adisara. Di petilasan Adisara ini sering diadakan upacara baik yang sifatnya
harian maupun tahunan. Upacara ritual harian yang dimaksud adalah yang rutin
selalu dilakukan oleh juru kunci dan para peziarah yang kebetulan datang pada
hari senin dan kamis. Sementara upacara tahunan atau upacara akbar dilaksanakan pada sebelum
malam senin atau malam kamis terakhir pada bulan ramadhan.
Tangga Menuju Petilasan |
Lokasi berlangsungnya
upacara tersebut berupa punden yang dikelilingi oleh tembok seluas 20 x 15
meter. Pintu utama berada di sebelah selatan menghadap ke makam warga. Di
lokasi tersebut terdapat 6 punden. Ada 2 punden besar yang konon merupakan
Makam Pangeran Tengah dan Punden Sunan Kalijaga. Punden tersebut dikelilingi
oleh kayu jati dan kain kafan. Disebelah timur dari kedua punden tersebut,
terdapat makam para juru kunci antara lain Singastra, Citranala, Jaya Dinala,
dan Ki Mulud. (Amin)
5 komentar:
Mas tolong posting sejarah desa glempang
Ngapunten, koreksi: Ardhi (Bumi/Wilayah), Sara (Syara'/Agama). Ardhi Syara' = Wilayah Pembelajaran Agama, demikianlah.
@kang aldie matur nuwun infonya, kebetulan saya wawancara dengan juru kuncinya seperti itu yg saya tulis
Kisahnya baru tahu di sini.terima kasih atas informasinya 👍
Dan inilah lidahku di lokasi
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=506998640122573&id=332725540611233&sfnsn=mo&extid=0KKFJfI0cEh5bm4w
itu juga betul
Posting Komentar