Sebagai
seorang muslim, tentu saja tidak asing dengan nama Luqman. Ya, karena Luqman
termasuk nama salah satu surah yang terdapat dalam Al-Quran. Lalu, apa atau
siapa Luqman tersebut? Kok sampai-sampai namanya bisa diabadikan dalam kitab
suci Al-Quran?
Luqman
atau yang biasa disebut Luqman Al Hakim ini sebenarnya seorang manusia biasa.
Namun hebatnya, beliau satu-satunya manusia yang
bukan nabi, bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya di abadikan dalam Al-Qur'an.
Kenapa? tak lain, karena hidupnya penuh dipenuhi
hikmah.
Berbagai macam pendapat muncul dari kalangan ulama tentang
siapa sebenarnya Luqman ini. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama lengkap Luqman
ialah Luqman bin Unaqa' bin Sadun. Pendapat lain ada yang mengatakan berbeda.
Sedangkan asal usul Luqman pun, sebagian ulama berbeda
pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari
Habsyi. Riwayat lain menyebutkan, Luqman bertubuh pendek dan berhidung mancung
dan berasal dari sebuah daerah bernama Nubah, ada pula pendapat lain yang mengatakan
ia berasal dari Sudan. Dan ada pula yang berpendapat, Luqman adalah seorang
hakim pada zaman nabi Daud.
Sudah dituliskan diatas bahwa hisup seorang Luqman dipenuhi
kisah hikmah, dan diantara beberapa banyak kisah hikmah tentang beliau, ada
satu kisah hikmah yang sangat menarik yang Luqman sampaikan ketika ia berwasiat
kepada anak-anaknya.
Kala itu, Luqman berwasiat tentang jati diri manusia. Dalam
kitab Nashaihul Ibad dijelaskan Luqman berwasiat kepada anak-anaknya sebagai
berikut :
“Wahai anak-anakku! Sesungguhnya manusia itu dibagi menjadi 3
bagian. Sepertiga untuk Allah, sepertiganya lagi untuk dirinya sendiri, dan
sepertiga yang terakhir untuk cacing. Adapun yang untuk Allah adalah rohnya,
untuk dirinya sendiri adalah amal perbuatannya, dan yang untuk cacing adalah
jasadnya.”
Dari wasiat Luqman tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa jati diri manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu roh, amal perbuatan, dan jasad. Roh, suatu
saat nanti pasti akan kembali ke pemiliknya yaitu Allah SWT, amal perbuatan
berdasarkan yang sudah diperbuat didunia akan menjadi manfaat kalau baik tapi
akan menjadi mudharat kalau jelek, sementara jasad akan menjadi santapan cacing
dialam kubur ketika manusia sudah mati.
Dari wasiat tersebut kita bisa belajar, bahwa roh akan
kembali ke Allah, sementara jasad akan jadi santapan cacing. Yang berguna bagi
diri sendiri hanyalah amal perbuatan. Jika amal tersebut baik akan berbalas
nikmat, sementara sebaliknya jika jelek akan berbalas sengsara. Lalu
pertanyaannya, sudah seberapa banyak amal perbuatan sebagai bekal kita sendiri?
Lalu dengan jasad yang nantinya hanya akan menjadi santapan cacing, apa sih
yang kita sombongkan? Wallahu A'lam Bishawab. (Amin)
0 komentar:
Posting Komentar