Habib Novel bin Muhammad Alaydrus |
Tulisan ini saya sarikan dari ceramah
Habib Novel bin Muhaamad Alaydrus pada acara Haflah Akhirussannah Pondok
Pesantren Ribath Nurul Hidayah Bedug, Pangkah, Kabupaten Tegal.
Salah satu dari sekian banyak materi
ceramah yang disampaikan Habib Novel yang paling menarik adalah ketika
membicarakan tentang Isro Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Beliau Habib Novel bin Muhammad Alaydrus
menjelaskan tentang Isra Mi’raj dari sudut pandang lain yaitu sudut pandang
tauhid. Dengan model penyampaian dakwahnya, sisi tauhid Isra Mi’raj ini
disampaikan dengan sangat cerdas dan gambalang mudah untuk dipahami.
Dengan model penyampaiannya, Habib Novel
menerangkan bahwa ketika melakukan perjalanan Isra Mi'raj, sebelum sampai ke
Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW terlebih dahulu harus melewati surga dan neraka.
Sebelum kembali menjelaskan, dengan gaya
khasnya, Habib Novel mengajukan pertanyaan kepada segenap jamaah, “Ketika perjalaan
Isra Mi’raj Rasulullah melewati dan melihat neraka, nerakanya sudah ada
penghuninya belum?” tanya Habib Novel.
Serentak jamaah menjawabnya belum.
“Ya memang secara teori syariat, neraka
belum berpenghuni sampai tiba datangnya hari kiamat.” Terang Habib Novel
menguatkan jawban para jamaah.
Selanjutnya, Habib Novel kembali
mengajukan pertanyaan, “Lalu ketika Rasulullah masuk ke surga, menurut teori
syariat surganya sudah ada penghuninya belum?” kembali jamaah menjawab belum.
Tapi kenyataanya, dari berbagai sumber
yang disampaikan Rasulullah dalam perjalanan Mi'raj, nerakanya sudah berpenghuni
begitupun surga. Sebagaimana Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Abdullah ibn ‘Abbas bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda, “Aku melihat surga, dan aku mencoba menggapai untuk
mengambil setangkai dari buah-buahan di dalamnya. Seandainya aku berhasil
mengambil buah-buahan itu, kalian pasti akan dapat memakan buah-buahan tersebut
sampai akhir zaman. Dan aku juga melihat neraka, dan aku belum pernah melihat
sesuatu yang lebih menakutkan (dari neraka). Aku melihat bahwa sebagian besar
penduduknya adalah wanita.” Dan beberapa sumber-sumber lain yang
menyatakan bahwa Nabi melihat neraka dan surga sudah berpenghuni.
Dari situ berarti saat perjalanaan Mi’raj,
Rasulullah melihat surga dan neraka yang sudah ada penghuninya.
Lalu Habib Novel kembali bertanya, “Kalau
begitu Rasulullah pergi ke surga dan neraka yang mana? Secara syariat kan
harusnya surga dan neraka belum berpenghuni sampai hari kiamat tiba.”
Dan tanpa menunggu jawaban para jamaah yang terlihat bingung,
Habib Novel menerangkan bahwa Rasulullah kala itu pergi ke dimensi waktu yang
akan datang melewati semua dimensi ruang dan waktu yang dialami manusia.
Hal itu terjadi Karena Allah SWT tidak diliputi oleh ruang
dan waktu, makanya untuk bisa berjumpa dengan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW
harus meninggalkan segala bentuk dunia kemakhlukannya, lalu masuk ke alam di
luar dimensi waktu.
Dari sini kita belajar, seorang Nabi Muhammad saja yang merupakan makhluk paling mulia dan kekasih Allah, masih harus meninggalkan segala hal kemakhlukannya atau keduniawiannya untuk bertemu dengan Allah SWT, sementara kita? Manusia biasa yang banyak dosa ini berharap bisa bertemu Allah SWT, namun perilaku keseharian kita justru cinta dunia, menomor satukan dunia dari pada akhirat, dan lain sebagainya. Wallahua’lam bisshowab. (Amin)
0 komentar:
Posting Komentar