Cungkup Makam Bogem |
Makam Bogem merupakan makam Dewi Nawangsasi ada juga yang menyebutnya Dewi Nawangwulan. Dewi
Nawangsasi adalah anak dari Ki Ageng Giring yang makamnya ada di desa Gumelem Wetan
kecamatan Susukan. Dewi Nawangsasi merupakan mantan istri dari penguasa
Kerajaan Mataram Islam yang diusir oleh rajanya, Sutawijaya (bergelar
Panembahan Senopati) yang kemudian berputra Jaka Umbaran.
Ketika Jaka Umbaran beranjak dewasa, dia diutus oleh
Ki Ageng Giring untuk pergi menemui ayahandanya di ibu kota Mataram dan
mengabarkan kepada mereka bahwa Ki Ageng Giring dan Dewi Nawangsasi telah
meninggal.
Waktu terus berlalu, usiapun kian
bertambah. Sementara hati nurani seorang ibu yang ditinggal anaknya pergi
menjadikan rasa kangen yang tidak bisa terbendung lagi. Tapi untuk datang ke Ibu Kota Kerajaan Mataram
dipikirnya sungguh nista, apalagi Sutawijaya telah mengetahui kalau Dewi Nawangsasi
dan Ki Ageng Giring sudah
mati. Sehingga sangat tidak mungkin kalau dirinya harus datang ke Kerajaan
Mataram.
Dipendamlah rasa rindu kepada anak
semata wayang yang tentunya kala itu sudah beranjak dewasa. Hingga akhirnya
suatu hari Dewi Nawangsasi berpamitan kepada ayahnya untuk bertapa menyepi di
dalam hutan. Ki Ageng Giring pun mengizinkan karena sejatinya diapun mengetahui
perasaan anaknya.
Dewi Nawangsasi terus berjalan ke
arah timur dengan hanya berbekal sekotak kinang yang komplit dan merupakan
kesukaannya. Dia tidak bisa lepas dari kotak kinang yang oleh orang dulu
disebut Bogem. Kotak
itu selalu dibawa kemanapun dia pergi, termasuk pada hari itu. Dengan
mengenakan baju kebaya berwarna hijua gadung (hijua pupus pohon pisang) dan
dibalut kain kebaya bermotif lurik, wanita ini terus berjalan menyusuri hutan
lebat. Tanpa terasa, perjalanan telah memasuki hutan jati yang sangat lebat. Dengan kesaktian yang
dimiliki dari hasil bimbingan ayahandanya, maka Dewi Nawangsasi masuk ke dalam
sebuah pohon jati untuk bertapa hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Makam Dewi Nawangsasi |
Singkat cerita, puluhan tahun sudah
Dewi Nawangsasi bersemedi di dalam sebatang pohon jati. Hingga akhirnya ada
seorang pencari madu lebah hutan yang sedang mencari madu bernama Kaki Salim.
Karena kelelahan,
maka pria itu beristirahat dengan bersandar di pohon jati, yang konon cerita, besar lingkaran pohon
tersebut mencapai satu setengah meter.
Terik matahari kala itu sangat
menyengat dan udara pun cukup membuat orang kegerahan. Namun secara tiba-tiba
cuaca ketika itu berubah menjadi awan mendung dengan diiringi semilir angin
yang kian lama kian membesar. Kejadian aneh itu membuat pria pencari madu
tertegun dan bingung. Saat
pria itu masih tertegun dengan fenomena alam yang berubah secara drastis,
tiba-tiba dia dikagetkan dengan adanya sesosok perempuan tua yang keluar dari
dalam pohon di mana dirinya sedang bersandar.
Perempuan tua itu mengenakan baju
kebaya berwarna hijau gadung serta berbalut kain batik bermotif lurik, dengan
rambut yang sudah memutih. Di tangan kanannya memegang kotak kayu yang sudah
cukup usang, yang ternyata berisi seperangkat kinang.
Setelah Dewi Nawangsasi
memperkenalkan dirinya kepada pria pencari madu, akhirnya Dewi Nawangsasi
diajak untuk tinggal bersama keluarganya di Desa Salamerta dipinggiran hutan. Karena kemanapun Dewi
Nawangsasi pergi selalu tidak pernah lepas dari kotak kayu berisi perlengkapan
menginang yang oleh orang
dulu dinamakan Bogem, sehingga Dewi Nawangsasi dikenal oleh
warga desa waktu itu dengan panggilan Nyai Bogem.
Semenjak
tinggal di desa terebut, Dewi Nawangsasi dengan kekuatannya
selalu melindungi serta mengingatkan warga Desa Salamerta jika akan ada bahaya
yang mengancam. Selain itu, dengan kesaktiannya juga memberikan barokah kepada
saluruh warga dengan hasil panen padi yang melimpah. Sehingga seluruh warga
Desa Salamerta hidup damai dan tentram.
Pada suatu
hari Dewi Nawangsasi jatuh sakit. Uniknya, dia memahami jika sudah waktunya
untuk berpulang kepada Sang Maha
Kuwasa. Sehingga Dewi Nawangsasi berpamitan dan meninggalkan pesan
agar kelak ketika dirinya
meninggal agar dimakamkan di dekat pohon Nagasari dimana dia bertemu pertama
kali dengan Kaki Salim.
Setelah menyampaikan pesan
tersebut, akhirnya Dewi Nawangsasi menghembuskan napasnya yang terakhir.
Kemudian oleh warga desa dimakamkan sesuai permintaan terakhirnya. Kemudian makam tempat dimakamkannya Dewi Nawangsasi
dinamakan Makam Bogem.
Tangga Naik Menuju Makam |
Makam Bogem lokasinya ada di Desa Salamerta Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Setiap malam Senin legi dan Kamis legi ramai di kunjungi
orang yang hendak ziarah.
Di jelaskan Mbah Sumowihadi
yang merupakan juru kunci makam, dalam berziarah, mereka juga melakukan lelaku untuk
mencari
rezeki dan memohon agar usaha yang dirintisnya sukses. Juga ada yang meminta
pengasihan agar disayang majikan atau disayang keluarga dan pasangnya.
Adapun persyaratan yang harus
dipersiapkan untuk lelaku ritual di makam Nyai Bogem ini, tidaklah terlalu
rumit, karena segala ubo rampe yang disyaratkan selalu ada di pasar
tradisional. Seperti kembang tujuh rupa, kemenyan arab, bedak yang di dalamya
jua terdapat kaca cermin, gincu atau lipstik, minyak wangi duyung dan pisang
raja serta sisir serit.
Ubo rampe lainnya yaitu seperangkat kinang yang
terdiri dari sejemput tembakau, satu buah kembang kanthil, dan beberapa daun
sirih, gambir, jambe, serta sedikit enjet. Semua itu dimasukkan ke dalam satu
wadah contong yang terbuat dari daun pisang dan dikait dengan lidi.
Tidak cuma ubo rampe sebagai syarat, Tetapi
ada juga pantangannya. Kalau datang ke makam Nyai Bogem dilarang memakai baju
berwarna hijau, terlebih hijau pupus dan juga mengenakan kain batik bermotif
lurik. Ini
sangat tidak disenangi Nyai Bogem atau Dewi Nawangsasi, karena telah menyamai baju dan kain yang dipakai Dewi
Nawangsasi. Jika hal itu dilanggar maka akan ada halangannya. (Amin)
4 komentar:
Lokasi tepatnya di mn ini y ?
Supaya tdk perlu tanya sana sini lg kl bisa di cari pake GPS .
Banjar negara
Pertama masuk pertigaan klampok
Belok kanan..
Lewat pasar purwareja sekitar 20 meter ada pertigaan. Disebut brug abang karang jati. Masuk ke kiri..
Kurang lebih 6km.. Berhenti perempatan bogem salamerta. Ditandai ada musholla.
Di sebelah kana.
Makamnya ada jalan masuk ke kiri..
Sampailah ..
Siappp...
Terima kasih u/ infonya.🙂
Mau explore ke sana rencananya u/ dokumentasi fans page & YouTube.
Baru tau cerita versi lengkapnya
Alhamdulillah sekarang jadi peduduk dusun bogem
Posting Komentar