Makam Sedoloji Sebelum Dipugar |
Adipati Magunyudo Sedo Loji adalah anak dari R.
Banyakwide serta cucu dari R. Tumenggung Mertoyudan (Bupati Banyumas IV). Pada
masa pemerintahan Yudonegoro I, R. Banyakwide diangkat sebagai Kliwon (Patih)
di Kadipaten Banyumas, meskipun diangkat sebagai Kliwon di kadipaten Banyumas,
R. Banyakwide tetap berdomisili di Banjar Petambakan hingga akhirnya beliau
diangkat menjadi Adipati Banjar Petambakan.
Sepeninggal R Banyakwide, tampuk kepemimpinan
Kadipaten Banjar Petambakan digantikan oleh R. Mangunyudo, disinilah awal mula
pemberontakan-pemberontakan Adipati Mangunyudo I terhadap penjajahan Kolonial
Hindia Belanda.
Salah satu peristiwa paling besar yang melibatkan Adipati Mangunyuda
adalah peristiwa Geger Pecinan. Geger Pacinan adalah tragedi pemberontakan
Bangsa Tionghoa kepada VOC Hindia Belanda. Ketika terjadi geger
Pacinan di Kartosuro itu, mataram Kartosuro dipimpin oleh Paku Buwono II.
Sementara Kadipaten Banjar Petambakan waktu itu dibawah pimpinan R Ngabehi
Mangunyudo yang bergelar Hadipati Mangunyudo I. Kala itu, R Ngabehi Mangunyudo mendapatkan perintah dari
Paku Buwono II untuk membantu menghancurkan loji (Benteng) VOC di Kartosuro
tapi dengan satu syarat agar ia tidak membunuh pasangan suami isteri orang
Belanda yang berada di Loji paling atas.
Makam Sedoloji Setelah Dipugar |
Akhirnya perang sengitpun terjadi antara
prajurit Mangunyudo I dengan pasukan VOC (tahun 1743). Melihat prajuritnya
banyak yang tewas, Adipati Mangunyudo I murka, ia merasa sangat marah, seluruh
penghuni loji dibunuhnya, sampai-sampai ia lupa pesan Sri Susuhunan Paku Buwono
II. Melihat masih ada orang Belanda yang masih hidup di bagian paling atas
loji, R. Mangunyudo mengejarnya dan berusaha membunuh pasangan suami isteri
orang Belanda, yang sebenarnya adalah Pakubuwono II dan Permaisuri yang sedang
menyamar. Merasa terancam jiwanya, Pakubuwono II akhirnya membunuh Adipati
Mangunyudo I yang sedang kalap di loji VOC dengan gada. Dari peristiwa itulah
maka kemudian Adipati Mangunyudo I dikenal dengan sebutan Adipati Mangunyudo
Sedo Loji.
Sepeninggal Adipati Mangunyudo I kepemimpinan
Kadipaten Banjar Petambakan digantikan oleh putranya yang bergelar Hadipati
Mangunyudo II. Dalam sumber sejarah disebutkan bahwa yang menggantikan
Mangunyudo I adalah R. Ngabehi Kenthol Kertoyudo. Dalam perang Diponegoro lebih
dikenal dengan Mangunyudo Mukti. Pada masa pemerintahannya, Kadipaten
dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu dan kemudian dinamakan Kabupaten
"Banjar Watulembu".
Nama Mangunyudo dan Kadipaten Banjar Watulembu
berakhir setelah usai perang Diponegoro 1830 pada masa kepemimpinan Adipati
Mangunyudo IV. Sikap Kadipaten Banjar Watulembu yang sangat anti terhadap Kolonialisme
Belanda, bahkan turut memperkuat pasukan Diponegoro dalam perang melawan
Belanda, mengakibatkan Kadipaten Banjar Watulembu dihapus oleh VOC Hindia
Belanda, dan pada saat itu pula status Kadipaten Banjar Watulembu diturunkan
menjadi Distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabei Mangun Broto dan R. Ngabei
Ranudirejo.
Salah satu saksi bisu keberadaan Mangunyuda Sedoloji
ini yaitu sebuah makam yang terdapat di Desa Petambakan Kecamatan Madukara.
Konon, disitulah Mangunyuda Sedoloji dimakamkan setelah meninggal pada tragedi
Geger Pacinan. Pada tahun 2014 lalu, makam ini telah dipugar, sehingga sekarang terlihat rapi dan bersih.
Selain makam, saksi bisu perjuangan Mangunyuda Sedoloji lainnya
adalah sebuah pakaian terakhir yang beliau pakai ketika berperang melawan VOC
Hindia belanda. Pakaian ini secara turun temurun disimpan sebagai
kenang-kenangan dan benda pusaka di slah satu rumah warga di Desa Banjarkulon
Kecamatan Banjarmangu. Bekas pakaian Mangunyuda Sedoloji ini sekarang tersimpan
rapi didalam sebuah peti dengan sebuah pintu kaca,
Kondisi pakaiannya sendiri sudah kusam dan
berwarna putih,tetapi sayangnya sudah tidak utuh lagi, bahkan ada sebagian yang
seperti bekas terbakar. Menurutnya, dari cerita-cerita yang sudah turun
temurun, terbakarnya sebagian pakaian tersebut itu terjadi sudah puluhan bahkan
mungkin ratusan tahun yang lalu yaitu ketika pakaian tersebut masih disimpan
oleh salah seorang keturunannya. Pada saat itu terjadi kebakaran dirumah tempat
penyimpanan pakaian tersebut, namun anehnya ketika seluruh rumah sudah hangus
terbakar, bekas pakaian Adipati Mangunyudo Sedo Loji yang konon disimpan
didalam tiga besek (wadah dari anyaman bambu) itu hanya satu yang ikut terbakar
yaitu sebuah ikat kepala dan kain, sementara dua wadah lainnya yang dipakai
buat menyimpan baju serta celana sama sekali tidak terbakar. (Amin)
3 komentar:
Posisi perang geger pacinan itu, belanda satu kubu dng PB II, mustahil PBII memberi perintah Magunyudo I memerangi belanda, mrk 1 kubu. Kubu satunya pecinan dan Raden Mas Said (Mangkunegara).
@Bagus tri, dari beberapa cerita sejarah yang pernah saya baca, kalau ada seorang raja berteman dengan penjajah jangan diartikan tekstual mereka berteman, bisa jadi itu siasat atau strategi, bisa jadi loh ya
Mangunyudo menginspiraai sanggar gilar patria dalam ajang pawai budaya kabupaten sleman dan berhasil juara harapan 1 dalam event tersebut diikuti peserta dari kalimantan,bali dan kota kota lain,judul gelaran,"MANGUNYUDA SEDA LOJI"
Posting Komentar