Minggu, 18 Maret 2012

Kebiasaan Menghargai Si Terlambat

 Undangan acara jam 9, tapi acara dimulai jam 10 itu sudah biasa, bahkan kalau acara sudah dimulai sejak pukul 9 tepat, malah dianggap aneh dan tidak biasa, inilah Indonesia. Hal ini mungkin terjadi akibat dari kebiasaan menghargai si terlambat. Kita umpamakan begini, ada acara jam 9. Tapi jam 9 tamu belum banyak yang datang, hanya ada si empunya rumah dan sedikit tamu yang sudah datang. Akhirnya karena alasan tamu baru sedikit, acara yang sedianya berjalan pukul 9 diundur, menunggu banyak yang datang. Disinilah kesalahannya, si empunya rumah dan sedikit tamu yang datang ini tidak melangsungkan saja acara sesuai jadwal, mereka berpikiran untuk menunda menunggu banyak tamu datang, dengan begini akhirnya para tamu yang terlambat ketika berangkat berpikiran, “tuhkan belum terlambat, acara belum mulai,” pikiran itulah yang semakin akan membuat si tamu terlambat tadi membiasakan keterlambatannya, karena dia telah menanamkan pikiran bahwa acara pasti belum mulai saat dia datang meskipun terlambat.

Pemikiran tuan rumah ini harus diluruskan, sekarang seandainya meskipun dengan tamu seadanya, terus acara dimulai tepat pada waktunya, si terlambat akan merasa bahwa dirinya terlambat, dan ketika perasaan terlambat itu muncul lambat laun akan muncul kesadaran akan rasa malu bahwa dirinya terlambat, dan bisa saja suatu saat dia ingin tidak terlambat supaya tidak malu lagi, dengan begini kebiasaan terlambat dan molornya waktu mudah-mudahan bisa terkurangi.
Inti  ringkasnya seperti ini, kalau bikin acara jam 9, seberapa orangpun yang datang meskipun hanya satua atau dua orang, mulailah acara tersebut, tak usahlah menghargai yang datang terlambat dengan menunggunya yang justru membuat waktu dimulainya acara molor. Setuju ga?

0 komentar: