Selasa, 18 Agustus 2015

PUNDEN SUNAN KALIJAGA DI DUKUH ADISARA

Cungkup Petilasan Adisara
Nama Sunan Kalijaga bukanlah tokoh yang asing lagi di telinga umat islam di nusantara. Nama kecilnya Raden Syahid merupakan salah satu wali sanga yang terpopuler di bumi nusantara, khususnya di tanah Jawa. Sunan Kalijaga sekaligus merupakan satu di antara tokoh Wali Sanga yang menjadi pengubung antara pandangan islam dan budaya Jawa.
Dan ditengah dakwah agama islamnya ini, ternyata Sunan Kalijaga sempat singgah di daerah Banjarnegara, tepatnya di daerah yang sekarang bernama Desa Glempang Kecamatan Mandiraja. Di daerah ini tepatnya di Dukuh Adisara ini, konon dulu Sunan Kalijaga sempat hidup dan menetap untuk menyebarkan ajaran agama islam.
Penamaan Adisara ini juga tak lepas dari pengaruh cerita Sunan Kalijaga ketika hidup menetap di dukuh ini. Dahulu ketika pertama kali datang ke dukuh ini, penduduk dukuh ini belum menganut agama islam. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga bermaksud menyebarkan agama islam di daerah tersebut. Dengan menggunakan sarana gong, Sunan Kalijaga mengumpulkan para warga.

Rabu, 12 Agustus 2015

CERITA SUNAN ANTASANGIN

Cungkup Makam Sunan Antasangin
Berlokasi di Dusun Ndagandari Desa Pagedongan Kabupaten Banjarnegara, terdapat sebuah pemakaman kuno, dimana di komplek pemakaman tersebut dimakamkan salah seorang Wali bernama Sunan Antasangin. Berdasarkan cerita yang didapat dari warga sekitar, Sunan Antasangin merupakan utusan dari Raden Patah untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Banjarnegara. Dusun Ndagandari Desa Pagedongan sendiri menurut riwayat, dulunya merupakan satu wilayah di Banjanegara yang terkenal sangat wingit atau angker. Oleh karena itu diutuslah Kanjeng Sunan Antasangin beserta Sunan Giri Kencana untuk menetap di dukuh ini.
Pada awalnya, sempat ada perlawanan dari tokoh local dukuh ini yaitu Joko Wenang. Konon Joko Wenang sempat mengajak adu kanuragan dengan kanjeng Sunan, akan tetapi akhirnya berhasil ditaklukan oleh Sunan Antasangin. Sejak itulah Joko Wenang mengakui kekalahannya serta bersedia menjadi murid dari Sunan Antasangin. Oleh karena itu, Joko Wenang dimakamkan tepat di depan makam Sunan Antasangin agar memberi kesan menjaga dan mengabdi selamanya kepada sang guru.

Sabtu, 08 Agustus 2015

MENGENAL BANJARNEGARA LEWAT PARADE SENI BUDAYA

Kesenian Thek-Thek atau Kentongan
Sebagai salah satu bentuk apresiasi kepada para seniman dan budayawan lokal, Pemkab Banjarnegara melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kembali menggelar sebuah pagelaran bertajuk Parade Seni Budaya tahun 2014. Penyelenggaraan tahun ini bukanlah yang pertama kalinya, melainkan sudah untuk kesekian kalinya. Penyelenggaraan yang pada tahun 2014 ini mengusung tema “Merawat Serayu, Merawat Peradaban” diikuti oleh ratusan bahkan ribuan seniman dan budayawan lokal dari berbagai kecamatan dan sekolahan di kabupaten Banjarnegara.
Acara Parade Seni Budaya ini bertempat di Alun-Alun Banjarnegara dan dilaksanakan mulai pukul 09.00 pagi. Berbagai macam kesenian khas Banjarnegara ditampilkan, seperti misalnya Kuda Kepang atau Ebeg, Thek-Thek atau Kentongan, dan lain sebagainya. Sebagai pembuka penampilan, diawali dengan atraksi kesenian dari 10 perwakilan sekolah setingkat SMA. Salah satu yang unik adalah penampilan dari SMA Negeri 1 Banjarnegara yang menyuguhkan Tari Panen Salak dimana salah satu yang menjadi perhatian adalah aksesorisnya yang berupa sebuah replika buah salak berukuran besar yang dari dalamnya keluar seorang putri cantik jelita dengan membawa baki berisi buah-buahan salak yang dibagikan kepada segenap tamu undangan. Alasan mengambil tema buah salak yaitu karena kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu penghasil buah salak.