Rabu, 05 November 2014

JEJAK KI AGENG SELAMANIK

Menurut kisah, Ki Ageng Selamanik adalah seorang mantan komandan perang Pangeran Diponegoro yang sangat setia serta cinta kepada bumi, tanah air, dan bangsanya. Beliau tidak mau hidup dalam pelukan penjajah Belanda. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap Kompeni, lalu Ki Ageng Selamanik meneruskan perjuangan Pangeran Diponegoro dengan menghimpun para pemuda untuk dididikagama dan beladiri.
Makam Ki Ageng Selamanik
Mendengar kegiatan Ki Ageng Selamanik tersebut, Kompeni merasa gerah. Maka dari itu, Kompeni beberapa kali mengirim utusannya untuk menangkap Ki Ageng Selamanik. Namun selalu saja dibarengi dengan kegagalan.
Merasa mengalami kesulitan, akhirnya Kompeni mengadakan sayembara, barang siapa yang dapat menangkap Ki Ageng Selamanik akan diberi hadiah uang. Ada yang mengajukan diri dan merasa sanggup, dia bernama Jugil Awar-Awar, kebetulan orang tersebut mengenal Ki Ageng Selamanik karena pernah bertapa bersamaan waktu dan tempatnya di puncak gunung Sumbing. Adapun bedanya, Ki Ageng Selamanik bertapa untuk keperluan positif, sementara Jugil Awar-Awar bertapa untuk keperluan negatif.
Memulai petualangannya untuk memenangkan sayembara menangkap Ki Ageng Selamanik, Jugil Awar-Awar bertanya kepada penduduk mengenai keberadaan Ki Ageng Selamanik. Dari situ Jugil Awar-Awar mendapat petunjuk tentang keberadaan Ki Ageng Selamanik yang berada di daerah Kutabanjar. Setelah itu, langsung saja Jugil Awar-Awar bersama anak buahnya menuju Kutabanjar melalui tepi sungai serayu.
Terkait aktivitas Jugil Awar-Awar, ada salah seorang anak buah Ki Ageng Selamanik yang melaporkannya. Mendengar laporan tersebut, Ki Ageng Selamanik langsung pergi ke pelataran Tempuran Kali Mrawu untuk menemui Jugil Awar-Awar. Sebelum itu, Ki Ageng Selamanik sempat berpesan kepada istri dan kedua putranya serta abdi kinasihnya supaya berdiam diri dikediamannya saja, jangan pergi kemana-mana.

Sesampainya di pelataran Tempuran Kali Mrawu, Ki Ageng Selamanik bertemu dengan Jugil Awar-Awar. Dalam pertemuannya itu, Jugil Awar-Awar mengungkapkan maksud kedatangannya yang intinya mereka akan menangkap Ki Ageng Selamanik. Karena tidak mau ditangkap, akhirnya terjadi adu kekuatan. Dalam pertarungan itu keduanya ternyata sama kuatnya, tidak ada yang menang atau kalah, dengan liciknya Jugil Awar-Awar memerintah anak buahnya untuk mendatangi keluarga Ki Ageng Selamanik dan mengatakan bahwa Ki Ageng Selamanik telah ditangkap, dan diharapkan istri serta putra Ki Ageng juga menyerahkan diri.
Namun daripada menyerahkan diri ke Kompeni, Ni Ageng Selamanik dan putranya lebih memilih untuk bunuh diri. Melihat kejadian itu, anak buah Jugil Awar-Awar langsung kembali menemui Jugil Awar-Awar dan melaporkan kejadian tersebut.
Mendengar laporan anak buahnya, Jugil Awar-Awar memelintir laporan tersebut dan menyampaikannya kepada Ki Ageng Selamanik bahwa keluarganya telah mati semua dan berharap Ki Ageng segera menyarahkan diri kepada Kompeni.
Mendengar kabar tersebut, Ki Ageng langsung kembali ke kediamannya dan menyaksikan bahwa semua keluarganya telah mati penuh dengan luka senjata tajam. Melihat hal itu, Ki Ageng marah besar, beliau mengira bahwa itu semua adalah perbuatan yang dilakukan oleh anak buah Jugil Awar-Awar. Seketika itu dalam keadaan marah yang tak terkendali, Ki Ageng kembali menemui Jugil Awar-Awar lalu menghunuskan kerisnya dan langsung membunuh Jugil Awar-Awar beserta anak buahnya.

Setelah itu, Ki Ageng mengumpulkan sisa anak buahnya untuk memakamkan semua jenazah, dan memerintahkan juga untuk membuat lubang kubur berjumlah lima buah tepat ditengah-tengah pemakaman, adapun kelima lubang kubur tersebut digunakan untuk mengubur ikat kepala, jubah, teken (tongkat), sabuk, dan gamparan milik Ki Ageng Selamanik. Setelah selesai semua pekerjaan tersebut, Ki Ageng Selamanik menyuruh semua orang untuk pulang ke tempat masing-masing dan berjanji akan membantu anak cucu warga sekitar tempat itu yang memohon kebaikan. Setelah itu Ki Ageng Selamanik muksa/menghilang atau bisa jadi tertangkap oleh Kompeni. (Amin)

0 komentar: