Selasa, 24 Februari 2015

Inikah Balasan?


“Yang, jangan lupa entar sore jemput ya, anterin aku ke rumah si Awan” begitu kira-kira isi  sms yang diterima Afa dari Ana pacarnya.
Bukan sekali dua kali sms seperti itu dikirimkan, meski ga tiap hari, tapi tergolong sangat sering, khususnya setiap akhir pekan.
***
Afa dan Ana sudah pacaran sejak masih SMP. Saat itu Afa sudah kelas 3, sementara Ana merupakan adik kelasnya. Meski satu sekolah, namun perkenalan mereka berawal dari sebuah chatting. Keakraban yang terjalin lewat chatting itu merambah ke dunia nyata dan akhirnya mereka pacaran. Sampai sekarang menginjak kelas 3 SMA.
Bagi Afa, Ana merupakan pacar pertamanya. Maka dari itu, meskipun terdengar lebay, namun mati-matian sekuat tenaga ia berusaha mempertahankannya meskipun pertengkaran dan kesalah pahaman tidak jarang terjadi, atau malah bisa dikatakan teramat sering terjadi.
Sementara bagi Ana, Afa merupakan pacar kesekiannya. Kebanyakan cowok mendekati Ana hanya karena nafsu, jadi hubungan Ana dengan pacar-pacar sebelumnya sering kandas hanya dalam waktu hitungan minggu, bahkan ada yang ga sampai seminggu.
Meskipun banyak yang bilang cinta mereka berdua itu cinta monyet, tapi mereka tak menghiraukan. Dengan berbagai masalah dan perbedaan yang acap kali menghampiri, justru semakin menguatkan hubungan mereka.
***
Dalam membina suatu hubungan pacaran, mereka tidak mengekang dan membatasi satu sama lain. Justru dalam berbagai hal, mereka saling support. Mereka berkomitmen boleh berteman ataupun dekat dengan siapa saja asal positif dan ada keterbukaan. Sudah macam orang dewasa saja ya mereka, hehe -)

***
Waktu demi waktu berlalu. Tahun demi tahun terlewati. Selepas lulus SMP, mereka masuk di SMA yang berbeda. Frekuensi pertemuan pun berkurang dibandingkan sebelumnya. Namun semua itu tidak menjadi masalah, hubungan intens masih dijalani walau hanya via pesan-pesan pendek ataupun saling teleponan. Disetiap akhir pekan mereka berdua selalu mengusahakan bertemu, yah sekedar ngobrol dan saling melepas rindu. Semua itu berjalan mulus sampai Afa menginjak tahun terakhir di SMA.
Kesibukan mulai dari try out, jam pelajaran tambahan, ujian-ujian praktek, dan segala tetek bengeknya membuat waktu yang diberikan Afa ke Ana semakin berkurang. Tak jarang karena kesibukannya Afa sampai lupa membalas sms Ana, bahkan telpon dari Ana beberapa kali direject karena Afa sedang konsen dengan tugas-tugasnya yang saban hari seakan tiada habisnya. Kurang lebih 3 sampai 4 bulan hubungan seperti itu berjalan. Sampai pada akhirnya ujian nasionalpun selesai, dan Afa berusaha untuk mengembalikan hubungannya dengan Ana agar kembali mesra seperti sediakala, karena walau bagaimanapun Afa betapa amat menyayangi Ana.
Beruntung, Ana sepertinya mengerti akan semua kesibukan Afa. Mereka pun kembali hangat meskipun belum sehangat dulu, karena dunia seakan berputar, kini giliran Ana yang kadang cuek dengan pesan-pesan singkat dari Afa. Balasan sms dari Ana sudah tidak seasyik dulu, karena jawabannya pendek-pendek, kadang cuma dapat balasan iya, gpp, hehe, dan sebagainya.
***
Dari situ Afa curiga kenapa bisa seperti itu. Sementara beberapa kali teman Afa laporan melihat Ana boncengan dengan cowok lain yang belakangan diketahui namanya Awan setelah Afa menanyakannya kepada Ana langsung.
Awan ini teman sekelas Ana. Ana bercerita kepada Afa kalau Awan itu teman yang baik, anaknya orang kaya dengan segala fasilitas dirumahnya seperti hotspot area dan karaoke.
Dengan berteman baik dengan Awan, Ana bisa menikmati juga semua fasilitas tersebut. Untuk itu pula Ana sering pergi ke tempat Awan ketika sedang banyak tugas dan butuh referensi dari internet.
“Lumayan bisa ngirit uang jajan, dari pada ke warnet mending ke rumah Awan, hehe,” Kata Ana saat menjelaskan hubungannya dengan Awan kepada Afa.
Mendengar cerita tersebut, Afa percaya saja pada Ana. Betapa cinta dan sayangnya Afa ke Ana, apapun yang diceritakan Ana, Afa percaya saja, karena Afa berpegangan suatu hubungan akan terjalin baik jika dilandasi rasa sling percaya. Bahkan tidak sekedar percaya, Afa juga sangat mendukung pertemanan Ana dengan Awan karena itu semua juga demi kebaikan Ana juga. Bahkan Afa sering mengorbankan hari minggunya hanya untuk mengantarkan Ana pergi ke rumah Awan dengan keperluan mau mengerjakan tugas, katanya.
Ketika ingin kerumah Awan, Ana tinggal minta dianterin Afa minta dijemput lewat sms.
“Yang, jangan lupa entar sore jemput ya, anterin aku ke rumah si Awan” begitu kira-kira smsnya.
Dengan senang hati pula Afa mengantarkan orang yang sangat disayanginya.
***
Mingun demi minggu dijalani, Afa mulai merasa kurang nyaman dengan keadaan tersebut. Hari minggunya justru lebih sering dihabiskan untuk sekedar mengantarkan Ana ke rumah Awan. Ketika Afa complain ke Ana tentang keadaan tersebut, Ana justru marah-marah. Ana mengungkit-ngungkit komitmen mereka untuk tidak saling membatasi.
Galau melanda Afa. Niatnya untuk mendiskusikan ketidak-nyamanannya justru berakhir dengan keributan. Saat sedang bingung-bingungnya, iseng Afa main twitter. Afa penasaran akan sosok Awan. Afa pun ngepoin akun twitter Awan.
Setelah ketemu akun milik Awan, Afa langsung kepo dengan membaca twit-twitnya, sampai scroll sampai bawah-bawah. Disalah satu twitnya, Awan terlihat mesra mention-mentionan dengan seseorang. Sejenak hati Afa tenang, berarti memang antara Awan dan Ana hubungannya hanya sebatas pertemanan

 Namun belum lama rasa tenang itu dirasakan, seketika Afa syok ketika ngepoin akun yang bercakap mesra dengan Awan tersebut, karena ternyata itu adalah akun twitter baru milik Ana dengan menggunakan nama samara namun jelas menggunakan foto profil Ana sedang selfie mesra dengan Awan. Di timeline tertulis percakapan tersebut terjadi kurang lebih setahun yang lalu. Dalam twit tersebut, mereka saling sapa dengan panggilan sayang. (Amin)

0 komentar: