Kamis, 11 Desember 2014

UJUNGAN, TRADISI MEMINTA HUJAN

Ujungan adalah tradisi yang dilakukan dua orang yang dengan sengaja diadu untuk berusaha saling pukul-memukul dengan mempergunakan tongkat yang terbuat dari rotan. Tradisi ini dulu banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara yang digelar dimusim kemarau yang berkepanjangan dengan tujuan untuk memohon turunnya hujan kepada Tuhan YME. Tongkat pemukul terbuat dari rotan yang diameternya sebesar ibu cari kaki dewasa dengan panjang sekitar 80 cm.
Sejarahnya, konon ujungan ini bermula dari suatu peristiwa cekcok mulut antara para among tani yang kadang-kadang sampai berujung pada bentrok fisik. Cekcok yang berujung pada bentrok fisik itu terjadi karena perebutan air pada musim kemarau panjang. Pada suatu ketika, para among yang bentrok memperebutkan air ini dibawa kepengadilan desa dan diadili oleh seorang demang. Oleh demang itu justru disuruh melakukan sabetan (ujungan) saja, harapannya dengan demikian Tuhan merasa belas kasihan dan segera menurunkan hujan.
Tradisi ini juga menggunakan iringan musik meski sederhana. Iringannya menggunakan alat musik seperti : kendang, kempul, saron, saron, serta kadang melibatkan sinden juga.
Dalam tradisi ini dibutuhkan seorang wasit sebagai penengah yang dibantu oleh 2 orang welandang. Welandang ini dibekali rotan pemukul (rancak) dan berputar-putar mencari penonton yang jago-jago untuk diadu. Orang atau penonton yang siap tanding nantinya mengambil rancak yang dibawa oleh welandang, dan oleh welandang nantinya dibimbing untuk memasuki arena. Namun penonton atau orang pilihan welandang ini belum tentu akan bertanding, karena sebelum bertanding, penonton akan menentukan seseorang pilihan welandang tersebut mampu dipertandingkan atau tidak. Kalau penonton menganggap mampu, maka pertandingan bisa dilangsungkan, sementara jika suara penonton menganggapnya tidak mampu, maka orang tersebut batal bertanding, dan digantikan dengan orang lain juga pilihan dari welandang.

Sebelum memulia pertandingan, pertama-tama kedua pemain yang dipilih oleh welendang dari penonton bersalaman, lalu disuruh buka baju dan hanya boleh mengenakan celana pendek saja. Berikutnya walandang memakaikan pemain dengan seragam kelengkapan ujungan seperti pelindung kepala, pelindung tangan, serta penutup perut, kesemuanya tujuannya untuk keselamatan.
Permainan dimulai. Sasaran pukulan hanya diperbolehkan pada bagian kaki. Wasit berhak menghentikan ketika terjadi pelanggaran. Selang beberapa waktu jalannya permainan, wasit menghentikan permainan dan antar pemain saling menukar rancak pemukulnya. Ini dimaksudkan agar menghindari salah sangka bahwa salah satu rancak pemukul telah diisi sesuatu yang bisa melemahkan lawannya. Bila dipandang cukup, permainan diakhiri. Dan walendang membantu melepaskan segala perlangkapan yang dipakai pemain. Kedua pemain pun saling berjabat tangan kembali.

Seiring kemajuan zaman, tradisi Ujungan kini hanya berkembang sebagai seni pertunjukan. Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan yang telah ada dalam permainan Ujungan masih tetap mengacu pada Ujungan zaman awal munculnya tradisi ini, baik peralatan rotan yang dipakai sebagai alat pukul maupun Welandang pertunjukan.

0 komentar: