Jumat, 10 Juni 2016

Wasiat Luqman Al Hakim Kepada Anaknya


Sebagai seorang muslim, tentu saja tidak asing dengan nama Luqman. Ya, karena Luqman termasuk nama salah satu surah yang terdapat dalam Al-Quran. Lalu, apa atau siapa Luqman tersebut? Kok sampai-sampai namanya bisa diabadikan dalam kitab suci Al-Quran?
Luqman atau yang biasa disebut Luqman Al Hakim ini sebenarnya seorang manusia biasa. Namun hebatnya, beliau satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya di abadikan dalam Al-Qur'an. Kenapa? tak lain, karena hidupnya penuh dipenuhi hikmah.
Berbagai macam pendapat muncul dari kalangan ulama tentang siapa sebenarnya Luqman ini. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama lengkap Luqman ialah Luqman bin Unaqa' bin Sadun. Pendapat lain ada yang mengatakan berbeda.
Sedangkan asal usul Luqman pun, sebagian ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan, Luqman bertubuh pendek dan berhidung mancung dan berasal dari sebuah daerah bernama Nubah, ada pula pendapat lain yang mengatakan ia berasal dari Sudan. Dan ada pula yang berpendapat, Luqman adalah seorang hakim pada zaman nabi Daud.

Sudah dituliskan diatas bahwa hisup seorang Luqman dipenuhi kisah hikmah, dan diantara beberapa banyak kisah hikmah tentang beliau, ada satu kisah hikmah yang sangat menarik yang Luqman sampaikan ketika ia berwasiat kepada anak-anaknya.
Kala itu, Luqman berwasiat tentang jati diri manusia. Dalam kitab Nashaihul Ibad dijelaskan Luqman berwasiat kepada anak-anaknya sebagai berikut :

“Wahai anak-anakku! Sesungguhnya manusia itu dibagi menjadi 3 bagian. Sepertiga untuk Allah, sepertiganya lagi untuk dirinya sendiri, dan sepertiga yang terakhir untuk cacing. Adapun yang untuk Allah adalah rohnya, untuk dirinya sendiri adalah amal perbuatannya, dan yang untuk cacing adalah jasadnya.”

Dari wasiat Luqman tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa jati diri manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu roh, amal perbuatan, dan jasad. Roh, suatu saat nanti pasti akan kembali ke pemiliknya yaitu Allah SWT, amal perbuatan berdasarkan yang sudah diperbuat didunia akan menjadi manfaat kalau baik tapi akan menjadi mudharat kalau jelek, sementara jasad akan menjadi santapan cacing dialam kubur ketika manusia sudah mati.
Dari wasiat tersebut kita bisa belajar, bahwa roh akan kembali ke Allah, sementara jasad akan jadi santapan cacing. Yang berguna bagi diri sendiri hanyalah amal perbuatan. Jika amal tersebut baik akan berbalas nikmat, sementara sebaliknya jika jelek akan berbalas sengsara. Lalu pertanyaannya, sudah seberapa banyak amal perbuatan sebagai bekal kita sendiri? Lalu dengan jasad yang nantinya hanya akan menjadi santapan cacing, apa sih yang kita sombongkan? Wallahu A'lam Bishawab. (Amin)

0 komentar: