Selasa, 07 Februari 2017

Pentingnya Sanad dalam Belajar Agama

Belajar Islam Wajib Bersanad
Sebelum berbicara lebih jauh tentang sanad, ada satu analogi begini. Suatu saat kamu akan pergi ke Jakarta. Tapi karena kamu belum pernah kesana, jadi kamu butuh tanya ke orang lain. Saat itu dihadapanmu ada 2 orang, 1 orang berasal dari Jakarta, satunya lagi dari Jogja. Dihadapkan pada situasi seperti itu, kamu akan lebih percaya arahan dari siapa untuk bisa sampai ke Jakarta? Orang sadar dan waras tentu akan lebih percaya dan mengikuti arahan dari orang Jakarta tersebut. Atau malah kamu akan mencari jalan sendiri menuju ke Jakarta dengan resiko tersesat?
Kurang lebih seperti itu gambaran tentang pentingnya sanad keilmuan dalam mempelajari agama islam. Orang ingin tahu islam, ya cari tahu ke orang yang menguasai ilmu agama islam. Orang mau mempelajari islam tidak bisa semaunya atau asal dasar penafsiran sendiri. Imam Syafi’i pernah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”. Bahkan nabi sendiri sudah mewanti-wanti akan pentingnya sanad. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad).

Lalu setelah mengetahui tentang pentingnya sanad, apa sih sebenarnya sanad itu? Secara bahasa, Sanad adalah sandaran yang dapat dipercaya atau dibuktikan. Jadi seorang yang mengaku muslim, belajar agamanya dari sumber-sumber yang bisa dijadikan sandaran atau pegangan, bukan asal-asalan apalagi berusaha mencari pemahaman sendiri.
Ketika misalnya suatu waktu kamu dihadapkan pada seseorang yang ngaku-ngaku ngerti agama, namun ternyata pemahaman agamanya tidak diperoleh dari mana-mana melainkan dari hasil perenungannya sendiri, kamu perlu berpikir-pikir lagi belajar agama dari seseorang seperti itu. Betapapun seseorang tersebut penampilannya nyunnah atau perkataannya adem, nyaman, sejuk, tapi jika keilmuannya tidak bersanad, lebih baik jauhi.
Lalu sanad seperti apa yang benar? Sandaran utama kita mempelajari islam tentulah Rosulullah SAW. Namun jika tidak sejaman dengan Rasul, kita bisa bersandar pada para sahabat. Jika tidak lagi, kita bersandar pada tabiin, setelah itu tabiin-tabiin, dan seterusnya sampai sekarang pada para ulama.
Nah terkait ulama ini, belakangan di akhir jaman mulai muncul ulama suu. Ulama suu merupakan ulama yang jahat yang dengan kepandaiannya ia memperjual belikan ilmu. Kita wajib berhati-hati terhadap ulama suu ini, karena bahkan Nabi Muhammad SAW pernah mewanti-wanti kalau ulama suu ini bahkan lebih berbahaya dari pada dajjal.
Jadi untuk kita-kita yang minim dan kurang sekali dalam urusan agama, untuk lebih amannya, ikut saja jamaah mayoritas, sebagaimana Nabi pernah bersabda Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.” (Amin)

0 komentar: