Rabu, 11 Mei 2016

ISRA MI'RAJ : PERJALANAN LINTAS DIMENSI RASULULLAH SAW

Habib Novel bin Muhammad Alaydrus
Tulisan ini saya sarikan dari ceramah Habib Novel bin Muhaamad Alaydrus pada acara Haflah Akhirussannah Pondok Pesantren Ribath Nurul Hidayah Bedug, Pangkah, Kabupaten Tegal.
Salah satu dari sekian banyak materi ceramah yang disampaikan Habib Novel yang paling menarik adalah ketika membicarakan tentang Isro Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Beliau Habib Novel bin Muhammad Alaydrus menjelaskan tentang Isra Mi’raj dari sudut pandang lain yaitu sudut pandang tauhid. Dengan model penyampaian dakwahnya, sisi tauhid Isra Mi’raj ini disampaikan dengan sangat cerdas dan gambalang mudah untuk dipahami.
Dengan model penyampaiannya, Habib Novel menerangkan bahwa ketika melakukan perjalanan Isra Mi'raj, sebelum sampai ke Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW terlebih dahulu harus melewati surga dan neraka.
Sebelum kembali menjelaskan, dengan gaya khasnya, Habib Novel mengajukan pertanyaan kepada segenap jamaah, “Ketika perjalaan Isra Mi’raj Rasulullah melewati dan melihat neraka, nerakanya sudah ada penghuninya belum?” tanya Habib Novel.
Serentak jamaah menjawabnya belum.


“Ya memang secara teori syariat, neraka belum berpenghuni sampai tiba datangnya hari kiamat.” Terang Habib Novel menguatkan jawban para jamaah.
Selanjutnya, Habib Novel kembali mengajukan pertanyaan, “Lalu ketika Rasulullah masuk ke surga, menurut teori syariat surganya sudah ada penghuninya belum?” kembali jamaah menjawab belum.
Tapi kenyataanya, dari berbagai sumber yang disampaikan Rasulullah dalam perjalanan Mi'raj, nerakanya sudah berpenghuni begitupun surga. Sebagaimana Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn ‘Abbas bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku melihat surga, dan aku mencoba menggapai untuk mengambil setangkai dari buah-buahan di dalamnya. Seandainya aku berhasil mengambil buah-buahan itu, kalian pasti akan dapat memakan buah-buahan tersebut sampai akhir zaman. Dan aku juga melihat neraka, dan aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih menakutkan (dari neraka). Aku melihat bahwa sebagian besar penduduknya adalah wanita.” Dan beberapa sumber-sumber lain yang menyatakan bahwa Nabi melihat neraka dan surga sudah berpenghuni.
Dari situ berarti saat perjalanaan Mi’raj, Rasulullah melihat surga dan neraka yang sudah ada penghuninya.
Lalu Habib Novel kembali bertanya, “Kalau begitu Rasulullah pergi ke surga dan neraka yang mana? Secara syariat kan harusnya surga dan neraka belum berpenghuni sampai hari kiamat tiba.”
Dan tanpa menunggu jawaban para jamaah yang terlihat bingung, Habib Novel menerangkan bahwa Rasulullah kala itu pergi ke dimensi waktu yang akan datang melewati semua dimensi ruang dan waktu yang dialami manusia.
Hal itu terjadi Karena Allah SWT tidak diliputi oleh ruang dan waktu, makanya untuk bisa berjumpa dengan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW harus meninggalkan segala bentuk dunia kemakhlukannya, lalu masuk ke alam di luar dimensi waktu.
Dari sini kita belajar, seorang Nabi Muhammad saja yang merupakan makhluk paling mulia dan kekasih Allah, masih harus meninggalkan segala hal kemakhlukannya atau keduniawiannya untuk bertemu dengan Allah SWT, sementara kita? Manusia biasa yang banyak dosa ini berharap bisa bertemu Allah SWT, namun perilaku keseharian kita justru cinta dunia, menomor satukan dunia dari pada akhirat, dan lain sebagainya. Wallahua’lam bisshowab. (Amin)

0 komentar: