Senin, 03 Maret 2014

Bertemu Titik Jenuh, Bersyukurlah

Belum genap satu tahun saya memasuki babak baru dalam kehidupan saya. Setelah kurang lebih 4 tahun bergelut dengan dunia perkuliahan yang mengasyikan dan penuh dengan warna, ini saatnya saya memasuki gerbang dunia karir.
Alhamdulillah tidak perlu waktu yang lama, saya diterima di sebuah pekerjaan. Dan sekarang sudah memulai rutinitas pekerjaan kurang lebih sekitar 3 minggu.
Baru sekitar 3 minggu, kebosanan mulai datang. Rutinitas berangkat pagi pulang sore, serta sehari-hari hanya berhadapan dengan orang-orang yang sama membuat saya kadang berpikir untuk mundur dan mencari sesuatu yang sekiranya bisa membebaskan raga ini tapi tetap bisa menghasilkan rupiah.
Setiap waktu pulang juga yang ada hanya keluh kesah, lesu, capek. Rasanya hidup monoton sekali, padahal itu baru 3 minggu, ga kebayang bagaimana rasanya harus seperti ini kurang lebih 2 tahun sesuai dengan kontrak, bisa-bisa stress jiwa ini.
Ga kebayang pula bagaimana mereka para pekerja yang sudah bertahun-tahun lamanya bekerja di kantoran dan yang dihadapi hanya itu-itu saja. Baru saya tahu alasan kenapa beberapa tahun kemarin ada acara TV bertajuk bosan jadi pegawai, ya ternyata memang membosankan jadi pegawai.
Satu waktu sedang senggang, saya buka media sosial dan bertemu teman lama disana. Lama tidak jumpa, biasa kita awali dengan basa basi disana. Panjang lebar kami ngobrol, ternyata dia lagi banyak masalah. Keputusannya menikah muda dan punya anak sementara pekerjaan belum mapan, membuatnya hampir stress.
Berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya tapi tetap saja itu hasilnya pas-pasan. Untuk sekedar menabung bila suatu saat nanti ada kebutuhan mendesak pun tak sempat. Namun, dia masih bersyukur karena selalu ada saja pekerjaan yang didapatnya sehingga anak istrinya masih bisa makan layak tiap harinya.
Namun sekarang, anaknya yang masih balita sedang sakit, dia sangat butuh bantuan, tapi dengan catatan dia hanya ingin dipinjami, dia tidak mau meminta-minta.
Mendengar keluh kesah teman lama, saya jadi merasa malu. Malu karena dengan keadaan saya sekarang, dengan karir yang saya dapatkan sekarang, dengan pendapatan yang jauh lebih dari cukup sekarang, yang saya lakukan tiap hari hanya berkeluh kesah. Saya lupa bersyukur atas segala pemberian rejeki ini. Dengan apa yang saya dapat sekarang, harusnya saya lebih banyak bersyukur.
Dengan bersyukur ini saya mulai kembali bisa menikmati setiap rutinitas kerja. Masih banyak orang yang tidak seberuntung saya. Ketika jenuh dan kebosanan kembali melanda, saya sempatkan datang ke tempat-tempat seperti panti asuhan, rumah sakit, daerah-daerah perkampungan tertinggal, untuk melihat betapa diluaran sana masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Jadi apapun itu, banyak-banyaklah bersyukur, karena dengan rasa syukur kita akan selalu menikamti setiap pekerjaan yang kita lakukan. (Amin)

0 komentar: