Minggu, 23 November 2008

MUSUH DALAM SELIMUT

Disuatu hari yang cerah untuk jiwa yang sepi, terdengarlah suara percakapan santai antara Pak Lurah dengan Sekretarisnya, di teras rumah Pak Lurah.

Lurah : Tidak kusangka ya Pak, kesampaen juga saya jadi Lurah.

Sekretaris : Ah, itu semuakan karena usaha Bapak yang keras yang dilakukan selama ini, saya juga sampai iri lho Pak.

Lurah : Ah juga, itu dukungan dari Bapak juga.

Oh ya, ngomong-ngomong dulu katanya Bapak mau jadi Lurah juga?

Sekretaris : Oh itu yah, ya saya sekarang lagi usaha sedikit-sedikit

Lurah : Saya doain moga-moga bisa tercapai.

Sekretaris : Ya mudah-mudahan aja lah.

Lurah : Oh ya sampai lupa, mari diminum Pak, nanti keburu dingin.

Sekretaris : Oh ya trima kasih.

Perbincangan berlangsung dengan santai sampai waktu menjelang sore hari, maklumlah mereka berdua sudah kenal sejak masih duduk dibangku SMA.

Esoknya, tiba-tiba terdengar ribut-ribut dikalangan warga. ”Turunkan Pak Lurah!”, begitulah kalimat tersebut didengungkan berulang-ulang oleh banyak warga desa.

Sementara itu di teras rumah Pak Lurah,

Jablud : Oh iya, aku tempelin juga selebaran ini di rumah Pak Lurah.

Lurah : (Keluar dari rumah) Heh Jablud, lagi ngapain kamu disini!

Jablud : Iiini Pak, lagi nempelin selebaran.

Lurah : Selebaran? Selebaran apaan? Coba lihat!

Jablud : Iiini Pak, selebaran yang nyuruh Bapak mundur! (Wajah pucat seperti orang ketakutan)

Lurah : Apa! (Marah) ” Lurah korupsi, lurahnya jelek, malas, sukanya narik pungutan, mending mundur aja! ” Apa ini? Siapa yang membuat ini, Jablud!!

Jablud : Saya nggak tahu Pak, sumpah saya nggak tahu, saya Cuma disuruh nyebarin ini, klo sudah slesai nanti dikasih duit, Pak.

Lurah : Apa!!! (Kesal)

Sekretaris : (Datang ke rumah Pak Lurah) Assalamualaikum.( Salam-salaman dengan Pak Lurah dan Jablud)

Jablud dan Lurah : Waalaikumussalam

Sekretaris : Pak gawat Pak, gawat! (Gugup)

Lurah : Gawat gimana? Gawat gimana? (ikut gugup)

Sekretaris : Disana Pak! Disana!

Lurah : Iya disana kenapa! (tambah gugup)

Sekretaris : Disana semua warga kumpul, mau nyerbu ke rumah ini!!

Lurah : Apa!! Aduh gawat, apa salahku ya? Sebenarnya siapa dalang dari semua ini? Aduh!! (Panik)

Sekretaris : Terus gimana nih Pak??

Lurah : Aduh! Saya juga bingung, kamu ikut mikir juga donk!

Sekretaris : Oh ya, Jablud! Nte ikut mikir juga donk!

Jablud : Hey, knapa aku? Akukan nggak ikut-ikutan. Wong aku juga ikut nuntuk Bapak mundur!

Sekretaris : Ah, payah kamu!

(Lurah dan Sekretaris bingung bukan main, sementara Jablud santai aja)

Tiba-tiba.....

Pendemo : Turunkan Pak Lurah, turunkan Pak Lurah!!!! (Datang ke rumah Pak Lurah)

Sekretaris : Tenang-tenang, tenang dulu Bapak-bapak, mari selesaikan dengan pikiran yang jernih, mari kita berdiskusi!

Pendemo 1 : Ah nggak pake, nggak pake diskusi-diskusian! (Sangar)

Pendemo 2 : Betul itu! Pokoknya Pak Lurah harus mundur!!

Jablud : Oya bener-bener!!!

Pendemo 3 : Jablud, ente ikiut kita? Okeh!

Lurah : Bapak-bapak, saya mohon maaf jikalau punya salah, tapi masalah korupsi, demi Tuhan demi Allah, saya nggak nglakuin, saya siap disumpah pocong!!!

Pendemo 1 : Lalu bagaimana dengan selebaran ini!! (menunjukan selebaran)

Pendemo 2 : Betul itu! Lalu selebaran ini dari mana datangnya??

Pendemo 3 : Ya betul! Coba baca serlebaran ini! Diselebaran inikan tertulis bahwa Bapak korupsi!! (kesal)

Lurah : Iyasih, saya juga sudah baca, tapi saya sungguh nggak tahu dari siapa datangnya selebaran ini!

Sekretaris : Coba pinjam! Apasih isinya?

(Setelah membaca) Aduh parah Pak! Kalau Bapak beneran nglakuin ini! (kecewa pada Lurah)

Lurah : Kamu percaya dengan selebaran itu?

Sekretaris : Ya, mau bagaimana lagi?

Pendemo 1 : Ya betul! Tega-teganya Pak Lurah disaat zaman sesulit ini, apalagi ditambah naiknya harga BBM, Bapak malah Korupsi!

Lurah : Ya Allah, Ya Tuhanku, bagaimana saya harus menjelaskan pada mereka supaya mereka percaya??? (melihat ke atas)

Pendemo 2 : Udahlah Pak! Ngaku aja!!! (marah)

Pendemo 3 : Iya Pak! Sebelum warga membakar rumah ini!!!

Jablud : Ah udahlah! Nggak usah banyak cingcong! Kita bawa aja Pak Lurah ke warga, biar digebugin rame-rame!! (Kesal)

Pendemo 2 : Oke juga idemu Jablud!!!

Pendemo : Ayo!!! (Narik Pak Lurah)

Lurah : Tolong-tolong saya Pak Sekretaris! Ah....

Pelayan : (Seorang pelayanan foto copy datang) Pak Sekretaris, Pak Sekretaris!!

Sekretaris : Lho kamu kok kesini? Ngapain? (Bicara pelan, sambil menarik baju pelayan)

Pelayan : Begini Pak, saya tadi lupa, selebaran ini di foto copy berapa lembar?

Sekretaris : Aduh, ketahuan nih! (cemas dan pucat)

Palayan : Oh yap, saya juga lupa tadi Bapak titip uang ke saya berapa?

Sekretaris : Heh...kamu ini!! (kesal)

Lurah : Lepaskan tangan saya! Oh jadi ini dalangnya!!! (marah)

Pendemo 2 : Oh kita salah orang!! (marah sambil menyingsingkan lengan baju)

Pendemo 1 : Enaknya yang ini kita apain ya? (sambil menggepalakan tangan)

Jablud : Sikat aja langsung!! (geram)

Pendemo 3 : Ya betul, ayo!!!

(Semua orang ngrubungi Pak Lurah dan menariknya)

Pelayan : Lho kok kaya gini? Ada apasih sebenarnya? Jadi bingung? Ah bodo amat.


TAMAT

0 komentar: