Sabtu, 22 November 2008

Tiga Perampok

“Kyu!” sambil melemparkan kartu bernomor sembilan ke meja.

“Hahaha, aku menang lagi,” lanjutnya.

“Bangsat, kalah lagi kalah lagi,” ungkap Jarwo lwan main Bendot kesal.

“Yuk main lagi,” tambahnya.

Sambil main kartu, mereka berdua bercengkrama mengenai target oprasi selanjutnya. “Gimana nih, entar malem jadi nggak?” tanya Jarwo pada Bendot.

“Ya jadilah, entar malem gilirannya pengusaha yang ada di Jl. An yang gayanya sok alim itu.” Jawab Bendot tegas.

Saat mereka sedang asyik-asyiknya main dan ngobrol, tiba-tiba Alex satang sambil berlari-lari. “Sorry nih aku telat,” teriak Alex sengan duara ngos-ngosan.

“Lex ntar malem gilirannya pak Ali yang ada di Jl. An itu.” Kata Bendot memberi tahu pada Alex.

“Ya ul!” jawab Alex.

Malamnya, mereka berkumpul seperti biasa si rumah kosong dekat kali. Namun sudah habis Isya Alex tidak kinjung datang juga. Baru beberapa menit setelah itu ia datang. “ woi kalian aku nggak telatkan?” teriak Alex yang baru datang sambil berlari.

“Ya udahlah nggak apa-apa, yuk langsung kesana nggak usah berlama-lama,” ajak Bendot menengahi.

Sambil memakai penutup kepala, mereka berjalan menuju rumah pak Ali melewati dinginnya mimpi akan sukses malam ini dan menerjang semak belukar yang gelap agar tidak terlihat orang.

“Nah ayo disini kita naik pagar ini,” jelas Bendot setelah sampai si samping rumah pak Ali.

“Sini aku yang pertama,” terang Jarwo mengambil alih pimpinan.

“Wo, hati-hati ntar yang empunya rumah tahu,” tutur Bendot memberi tahu Jarwo yang saat naik sambil bernyanyi-nyanyi.

“Tenang sajalah, menurut penelusuranku yang empunya rumah sedang pergi semua,” jawab Jarwo dengan nada santai.

Setelah masuk pekarangan rumah pak Ali, wajah Jarwo yang sangat optimis tiba-tiba berubah menjadi wajah pesimis, “Kenape lu, ko raut muka lu jadi gitu?” tanya Bendot.

“Ini nanti kita lewat mana nih?” jawab yang Jarwo yang balik menanya.

“Lewat jendela belakang! aku sudah menyelidikinya dan ternyata jendela belakang rumah ini tak pernah di kunci cuma ditutup doang,” jawab Bendot.

Sesampainya tiba di halaman belakang rumah, Bendot langsung mendobrak sebuah jendela dari kayu yang dimaksudnya tadi.

“brok!” suara jendela didobrak.

Sesampainya di dalam rumah, mereka berbagi tugas. Bedot dan Jarwo masuk kamar untuk mencari barang-barang berharga, sedangkan Alex bertugas menjaga keamanan barang kali ada yang datang.

Beberapa menit berselang, Bendot dan Jarwo kembali berkumpul dengan Alex dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dan muncullah sesosok bayangan dan berkata, “Siapa yah, malam-malam ribut-ribut? ohok ohok ohok.” Mereka bertiga pun kaget bukan kepalang mendengar suara tersebut. Usut-punya usut, ternyata bayangan tersebut adalah bayangan seorang lelaki tua yang sudah mulai sakit-sakitan.

“Hah, pak Ali?” kata mereka bertiga serempak.

“Eh, kaliankan pemuda dari Jl. Ni, ada apa malem-malem gini?” kata pak Ali sambil menyalakan lampu.

Setelah lampu menyala giliran pak Ali yang kaget bukan kepalang, “Bawa apaan kalian? rampok yah,” Kata pak Ali sambil menunjukan jari tangannya mengarah kebungkusan yang dibawa Jarwo.

“Kalo iya kenapa?” jawab Bendot.

“Lex todongkan pistolmu pada kepalanya!” suruh Jarwo yang kesulitan mengambil pistolnya sendiri karena sedang membawa barang rampokannya.

“Oke, sana kalian pergi dulu, biar aku yang tanganin ini!” suruh Alex pada Jarwo dan Bendot sambil menodongkan pistolnya pada kepala pak Ali.

Namun saat Alex sudah sangat siap untuk mendaratkan timah panasnya pada kepala pak Ali, tiba-tiba keluar sebuah petuah dari mulut pak Ali yang sama sekali tidak merasa takut. “Insyaflah wahai manusia, jika dirimu berdosa, dunia hanya naungan, tuk makhluk ciptaan Tuhan.”

Mendengar petuah yang tiba-tiba keluar dari mulut pak Ali, hati Alex terketuk dan tiba-tiba jadi merasa takut pada Tuhan. Dan ternyata bukannya menembak kepala pak Ali, Alex langsung membelokkan pistolnya ke atas dan langsung menembakkannya ke atap rumah. Sebelum pergi, Alex mengucapkan kata maaf dan terima kasih pada pak Ali.

Karena merasa dirampok, pak Ali lekas menelepon polisi. Dan melaporkan kejadian tersebut. Beberapa menit kemudian polisi datang dan segera saja mengajak polisi tersebut ke komplek Jl. Ni untuk mencari Bendot, Jarwo dan Alex.

Sementara itu di tempat lain, Jarwo dan Bendot terus tertawa terbahak-bahak karena merasa puas atas apa yang didapatnya hari ini, sedangkan Alex hanya terus berdiam diri memikirkan petuah pak Ali tadi.

“Hebat kau Lex, berani membunuh pak Ali,” ungkap Bendot bangga pada Alex sambil dilanjutkan dengan tawa lebar.

“Siapa yang bilang aku membunuh pak Ali?” tanya Alex pada mereka berdua.

“Maksud lu?” tanya Bendot.

“Aku nggak membunuh pak Ali, aku kasian aja, jadi ia aku biarkan hidup,” jawabnya.

“Apa kau bilang? Jangan bohong lu Lex!” terang bendot yang awalnya tertawa jadi naik pitam.

“Aku nggak bohong, kapan sih aku bohong ama kalian?”

“Bangsat lu Lex, apa sih maumu? Kita bisa ditahan goblog!” kata Bendot sambil mendekati Alex lalu memukulkan bogem mentah tepat di wajahnya.

Alex tidak mau kalah, ia gantian memukul Bendot. Dan terjadilah pergulatan hebat antara mereka berdua. Sementara itu Jarwo berusaha menenangkannya. Namun, bukannya berhenti malahan perkelaian mereka bertambah sengit, sampai-sampai Jarwo pun ikut kena pukul.

Karena terlalu jengkelnya, sampai-sampai Bendot meengeluarkan pistolnya dan berusaha menembakkannya pada Alex. Namun, Alex masih bisa menahannya, sampai tiba-tiba, “Duar duar duar!” tiga buah timah panas keluar dari pistol tersebut.

Sementara itu pak Ali dan para polisi yang tidak jauh dari tempat itu mendengar suara tembakan tersebut. Tanpa pikir panjang, mereka pun segera menuju sumber suara tembakan tersebut.

Sesampainya di sebuah rumah kosong dekat kali, palisi langsung mengepung rumah tersebut. “Buang senjata kalian dan menyerahlah!” teriak si komandan polisi.

Setelah itu salah seorang polisi mendobrak pintu masuk rumah tersebut dan mendapati Jarwo tergeletak tidak bernyawa dengan tiga buah peluru bersarang di tubuhnya yang sedang dipeluk Alex dengan wajah penuh haru. Sementara Bendot hanya duduk terpaku dengan tetesan air mata melihat temannya mati oleh tanannya sendiri.

Akhirnya mayat Jarwo langsung dibawa ke RSUD untuk diotopsi, sedangkan Bendot dan Alex digiring ke Polda Metro Jaya. Namun sebelum dibawa polisi, Alex kembali diberi petuah pak Ali, “Saya percaya kamu orang baik-baik, aku sering melihat kamu sholat berjamaah, bertobatlah sebelum terlambat!”

“Terima kasih, aku akan jalankan petuahmu,” jawab Alex.


Akhmad Fatkhul Amin

0 komentar: